Jakarta, Pahami.id —
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan kesediaannya menjabat sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan berharap Presiden PBNU KH Miftachul Akhyar bersedia bertemu dengannya.
Sikap tersebut disampaikan Gus Yahya menanggapi perkataan ratusan kiai, masyaikh, dan pengurus NU se-Indonesia pada forum Konsultasi Kubro di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Senin (21/12) hari ini.
Gus Yahya sejak awal menegaskan dirinya terbuka terhadap tabayun atas berbagai tudingan yang dilontarkan kepadanya. Ia menyatakan siap diperiksa melalui mekanisme apa pun dengan menghadirkan seluruh bukti dan saksi yang diperlukan.
Pertama, saya selalu terbuka untuk diperiksa dan diadili atas apa pun yang dituduhkan kepada saya, dengan cara apa pun, dengan menghadirkan semua bukti dan semua saksi yang diperlukan, kata Gus Yahya melalui akun Instagram resminya, @yahyacholiltaquf, Senin sore.
Lebih lanjut, Gus Yahya menegaskan keinginannya untuk berdamai dan menjaga keutuhan organisasi bukanlah sikap baru. Ia mengaku sejak awal selalu menginginkan maaf dan siap mengikuti keputusan pengurus NU asalkan didasari kebenaran.
“Dari awal saya selalu menginginkan reformasi. Saya siap membangun al-haq, membangun al-haq, membangun al-haq, bukan membangun al-batil,” ujarnya.
“Saya menerima sepenuhnya apa yang telah disepakati dalam keputusan PWNU dan PCNU, serta tafsir mustasyar,” tambah Gus Yahya.
Gus Yahya pun mengungkapkan, pihaknya telah melakukan upaya langsung untuk membuka ruang dialog dengan Presiden PBNU KH Miftachul Akhyar. Upaya itu dilakukannya segera setelah ia mendapat informasi terkait kesepakatan yang muncul antara PWNU dan PCNU pada Konferensi Kubro di Lirboyo hari ini.
“Setelah mendengar apa yang disampaikan tentang perjanjian PWNU dan PCNU, saya langsung berkirim pesan kepada Rais Aam, meminta waktu untuk bertemu,” ujarnya.
Namun hingga saat ini pertemuan tersebut belum menjadi kenyataan. Gus Yahya menyatakan akan menunggu jawaban Kiai Miftach hingga batas waktu yang ditentukan forum yakni 3 x 24 jam.
“Sampai saat ini saya belum mendapat jawaban. Saya tunggu 3 x 24 jam dan hasilnya akan saya laporkan,” tutupnya.
CNNIndonesia.com masih berupaya menghubungi Ketua PBNU Aam KH Miftachul Akhyar untuk menjawab persoalan tersebut.
Sebelumnya, para ulama senior Nahdlatul Ulama yang menjabat Kubro Alim Ulama dan Sesepuh NU sangat mengimbau PBNU segera melakukan reformasi atau mengembalikan amanah kepemimpinan.
Pertemuan Kubro digelar Minggu (21/12) ini di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Forum ini dihadiri oleh ratusan kiai, masyaikh, dan pengurus NU dari seluruh Indonesia, baik secara live maupun online. Sedikitnya 601 peserta hadir secara langsung dan 546 peserta secara daring yang mewakili 308 PWNU dan PCNU.
Sesepuh Kiai yang hadir antara lain KH Anwar Manshur, KH Nurul Huda Djazuli, KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Sirodj, KH Muhammad Nuh Addawami dan KH Zaki Mubarok. Hadir pula jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU, pimpinan lembaga dan badan otonom pusat, pengurus pesantren, serta perwakilan PWNU dan PCNU se-Indonesia.
Forum Musyawarah Kubro menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas eskalasi konflik internal PBNU dan dinamika yang menyertainya, meskipun berbagai upaya telah dilakukan melalui forum para anggota dan pengurus NU, termasuk konsultasi di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, dan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, kata Juru Bicara Lirboy, Jombang. Pondok Pesantren, Kediri, Jawa Timur, KH Oing Abdul Muid atau Gus Muid.
Konflik berkepanjangan ini dinilai berdampak serius, tidak hanya terhadap internal organisasi, namun juga terhadap kepercayaan masyarakat dan masyarakat terhadap NU sebagai ijtima’iyah diniyah jam’iyyah. Kiai, seorang lansia, menilai situasi ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut.
Melalui forum tersebut, para ulama dan sesepuh NU dengan tegas meminta kepada Rais ‘Aam KH Miftachul Akhyar dan Pemimpin Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf untuk segera melaksanakan islah dengan sungguh-sungguh dalam batas waktu yang telah ditentukan yaitu 3 kali 24 jam.
“Demi menjaga keutuhan Jam’iyyah dan mengembalikan kehormatan Nahdlatul Ulama, Majelis Kubro meminta Rais ‘Aam dan Pimpinan Umum PBNU melakukan ishlah dengan sungguh-sungguh, paling lambat 3×24 jam, terhitung Minggu, 21 Desember 2025 pukul 12.00 WIB,” ujarnya.
Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tidak tercapai kesepakatan, Dewan Kubro meminta agar kekuasaan kepemimpinan diserahkan kepada garis PBNU Mustasyar. Langkah ini dipandang sebagai cara konstitusional untuk menjamin kelangsungan organisasi.
“Jika kesepakatan tidak dapat dilaksanakan, Dewan Kubro meminta kedua belah pihak menyerahkan kewenangan dan kepercayaan kepada Mustasyar PBNU untuk menyelenggarakan KTT Nahdlatul Ulama Tahun 2026,” ujarnya.
Forum juga sedang menyiapkan skenario akhir jika amanah tidak diserahkan kepada Mustasyar. Dengan kondisi tersebut, para kiai senior sepakat untuk mendorong terselenggaranya Kongres Luar Biasa (MLB) melalui dukungan struktur NU di provinsi.
“Jika kekuasaan ini tidak diserahkan kepada Mustasyar, maka Musyawarah Kubro sepakat menyelenggarakan MLB dengan meningkatkan dukungan dari 50 persen + 1 PWNU dan PCNU,” lanjutnya.
MLB rencananya akan digelar paling lambat menjelang pemberangkatan jemaah kloter pertama pada tahun 2026. Sedangkan panitia MLB disiapkan oleh dan dari unsur PWNU dan PCNU dengan melibatkan unsur internal NU jika dipandang perlu.
(frd/gil)

