Jakarta, Pahami.id —
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengusulkan pegawai negeri sipil (PNS) masuk Jepang bekerja hanya empat hari seminggu.
Dalam sambutannya di aula, Selasa (12/3), Yuriko mengatakan persoalan pemberdayaan perempuan masih menjadi permasalahan lama yang belum terselesaikan di Jepang.
Katanya, ibu bekerja masih harus mengurus banyak hal lain seperti mengurus rumah, mengurus anak, dan mengurus sanak saudara. Ia meyakini hal-hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa wanita di Jepang tidak ingin memiliki anak.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, menciptakan kehidupan kerja yang seimbang adalah cara yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi jam kerja menjadi empat hari dalam seminggu.
“Keterlambatan dalam pemberdayaan perempuan adalah masalah lama Jepang dan mengatasi status quo serta menjadikan masyarakat lebih beragam adalah kunci masa depan cerah kita,” kata Yuriko.
“Kami akan memulai dengan dukungan komprehensif terhadap keseimbangan kehidupan kerja melalui penerapan sistem waktu kerja yang lebih fleksibel, seperti libur tiga hari per minggu,” lanjutnya.
Berdasarkan usulan tersebut, pegawai negeri sipil mempunyai pilihan untuk mengambil cuti hingga tiga hari setiap minggunya untuk fokus pada urusan pribadi dan keluarga.
Meski begitu, mereka tetap harus bekerja 155 jam sebulan, jelas pejabat pemerintah Tokyo Sachi Ikegami kepada AFP.
“Pegawai yang mengasuh anak kecil juga akan diberikan jam kerja yang lebih fleksibel dengan hari kerja yang diperpendek hingga dua jam,” ujarnya.
Pekerjaan empat hari seperti ini jarang terjadi di Jepang. Namun belakangan, pemerintah mulai mempertimbangkan hal tersebut seiring dengan menurunnya angka kelahiran di Jepang.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba telah memperingatkan bahwa penurunan angka kelahiran adalah suatu keadaan darurat. Pasalnya, fenomena tersebut sudah terjadi selama 15 tahun berturut-turut.
Ia pun berjanji akan menetapkan kebijakan seperti pengaturan jam kerja fleksibel untuk mengatasi hal tersebut.
(blq/dna)