Pemerintah Provinsi AcehSumut dan Sumbar kisruh setelah wilayahnya dilanda bencana Banjir bandang sampai tanah longsor.
Para pemimpin daerah di tiga wilayah tersebut mengeluarkan Surat Perintah (SK) penetapan status tanggap darurat selama dua minggu ke depan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi peningkatan bencana akibat cuaca ekstrem.
Pemerintah Pusat telah menggelar rapat tingkat menteri yang diprakarsai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Kementerian Koordinator dan Kebudayaan Manusia (PMK) serta Kementerian Terkait di Kantor BNPB, Jakarta Timur, pada Kamis (27/11).
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno mengatakan, siklon tropis Senyar dalam beberapa hari terakhir membawa hujan dengan intensitas sangat tinggi di tiga wilayah terdampak.
Menurut dia, kondisi alam tersebut kemudian memicu banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, serta mengganggu pelayanan transportasi dan pelayaran.
Dampak dari fenomena cuaca ini telah menimbulkan banyak korban jiwa, rusaknya infrastruktur, serta terputusnya akses, jaringan listrik dan telekomunikasi. Upaya penilaian cepat oleh tim gabungan regional sedang berlangsung dan pengumpulan data sedang diperbarui.
Pratikno menyampaikan arahan Presiden Prabowo Subianto agar seluruh kementerian dan lembaga, baik pusat maupun daerah, mengutamakan keselamatan masyarakat dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar hingga tahap pemulihan pascabencana.
Ia menambahkan, kondisi cuaca ekstrem membuat penyaluran bantuan terkendala. Sebagian bantuan disalurkan melalui udara.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti melaporkan upaya identifikasi kerusakan infrastruktur masih terhambat akibat hujan yang terus berlanjut. Empat jembatan dilaporkan putus di Aceh, sedangkan di Sibolga dan Tapanuli tengah terdapat sekitar 20 titik longsor yang masih sulit dipetakan.
Kementerian PUPR telah mengirimkan alat berat untuk membersihkan material longsor dan membuka akses dengan harapan dapat cepat mencapai lokasi terdampak.
“Sejauh ini kami sudah mengirimkan beberapa alat berat untuk membersihkan longsor. Mudah-mudahan bisa segera mencapai lokasi,” kata Diana.
Dari sisi kesehatan, Kementerian Kesehatan memastikan pelayanan medis tetap berjalan dengan memberikan peringatan kepada seluruh fasilitas kesehatan di wilayah terdampak.
Tenaga kesehatan cadangan telah dikerahkan dan koordinasi dengan dinas kesehatan daerah terus dilakukan agar pelayanan tidak terganggu. Kementerian Kesehatan juga memberikan dukungan agar kegiatan pembelajaran dapat segera dimulai kembali jika situasi di lapangan memungkinkan.
Selain itu, Kementerian Dalam Negeri menyampaikan bahwa pemerintah daerah diberikan keleluasaan dalam menggunakan belanja tak terduga (BTT) dan anggaran transisi untuk memastikan kebutuhan penanganan darurat dapat dipenuhi dengan cepat.
Terkait pencarian dan penyelamatan, Kepala Basarnas Muhammad Syafii mengungkapkan delapan operasi SAR dilakukan di Sumut, Sumbar, dan Aceh.
Operasi tersebut berfokus pada evakuasi masyarakat yang terisolasi dan pencarian korban yang belum ditemukan.
BASARNA mengutamakan penyelamatan nyawa dan pelaksanaan operasional dengan cara manual dan teknologi pendukung sesuai kondisi lapangan.
“Kami ada delapan operasi di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Saat ini kami sedang berjuang untuk melakukan operasi, khususnya pemindahan korban yang terisolasi,” kata Syafii.
Kegagalan dalam menangani bencana
Bencana besar yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan semata-mata akibat fenomena alam. Tragedi ini merupakan bencana ekologi yang dipicu oleh kerusakan lingkungan.
Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas mengatakan, pemerintah setempat kebingungan dalam menghadapi bencana besar yang menimbulkan kerusakan luar biasa ini. Sebab, tidak adanya integrasi antara kebijakan dengan infrastruktur atau sumber daya.
“Bencana selalu ditempatkan pada situasi krisis dan direspon dalam jangka pendek, padahal penting untuk mengintegrasikan kebijakan, infrastruktur kelembagaan dan sumber daya untuk menangani, mengatasi dan memulihkan bencana dalam jangka panjang karena Indonesia memang merupakan wilayah rawan bencana,” kata Rio, sapaan akrabnya. Cnnindonesia.comJumat (28/11).
Rio menilai kejadian ini harus ditetapkan sebagai bencana nasional dan berharap pemerintah pusat mengerahkan sumber daya yang cukup untuk merespons situasi memilukan yang terjadi.
“Pemerintah harus memastikan tanggung jawabnya karena di tingkat pemerintah perlu mengerahkan sumber daya dalam menghadapi bencana ini, namun statusnya harus ditingkatkan,” ujarnya.
Lanjutnya, pemerintah daerah juga harus melihat bencana dengan ‘kacamata’ yang komprehensif. Dia mengatakan, bencana banjir ini terkait dengan curah hujan yang tinggi.
Namun, dia mengingatkan, curah hujan yang tinggi juga berkaitan dengan penggunaan lahan. Dalam konteks ini, keberadaan hutan yang tidak dieksploitasi secara besar-besaran sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.
“Kebanyakan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan perekonomiannya melakukan konversi kawasan yang mempunyai fungsi resapan air dan fungsi konservasi menjadi investasi ekonomi. Misalnya untuk pertambangan, hutan tanaman industri (HTI), perkebunan kelapa sawit dan kegiatan lainnya sehingga kawasan tersebut terkonversi,” ujarnya.
Senada, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Ahmad Shalihin menilai pemerintah daerah gagal menangani bencana besar tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan pemerintah cenderung responsif tanpa menyentuh akar permasalahannya.
“Penanganan banjir yang dilakukan pemerintah masih reaktif. Pemerintah harus segera mengubah pola penanganan dari reaktif menjadi proaktif,” kata Shalihin saat dikonfirmasi melalui pesan tertulis, Jumat (28/11).
“Kita tidak boleh hanya melakukan penanganan bencana pada saat terjadi bencana, namun kita juga harus aktif melakukan upaya pencegahan yang mengatasi akar permasalahannya, seperti kebijakan tata ruang dan pengelolaan sumber daya alam yang sensitif, membangun kesiapsiagaan masyarakat dan penegakan hukum terhadap pelaku perusakan lingkungan hidup,” imbuhnya.
Baca artikel lanjutannya di halaman berikutnya…

