Daftar isi
Jakarta, Pahami.id —
Bahasa inggris diguncang demonstrasi dan kerusuhan setelah tiga anak tewas ditikam dalam insiden penikaman massal di Southport, Merseyside, Senin (29/7) pekan lalu.
Insiden itu terjadi di acara bertema Taylor Swift di sebuah sekolah tari di Southport. Tiga putrinya yakni Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice Dasilva Agular (9) meninggal dunia. Sepuluh orang lainnya juga terluka.
Warga Inggris berdemonstrasi setelah beredar rumor bahwa pelaku penikaman adalah seorang imigran Muslim. Demonstrasi berubah menjadi kekerasan, dengan pengunjuk rasa menargetkan pencari suaka dan komunitas Muslim di beberapa bagian Inggris.
Berikut fakta kerusuhan Inggris.
Pelaku penikaman merupakan warga negara Inggris
Menurut polisi, tersangka yang ditusuk adalah remaja berusia 17 tahun asal Banks, Lancashire, sekitar 8 kilometer dari lokasi penyerangan.
Polisi menepis rumor bahwa tersangka adalah seorang imigran Muslim. Berdasarkan keterangan polisi, pelaku lahir di Cardiff, ibu kota sekaligus kota terbesar di negara bagian Wales, Inggris.
Laporan dari Al Jazeerapolisi tidak mengungkapkan nama pelaku karena menurut hukum Inggris, tersangka yang berusia di bawah 18 tahun tidak dapat dibebaskan.
Berkendara di sayap kanan
Polisi menyatakan seruan protes di Inggris datang dari berbagai akun media sosial. Namun, tokoh utama di balik seruan tersebut adalah Stephen Yaxley-Lennon, seorang agitator sayap kanan bernama Tommy Robinson.
Yaxley-Lennon mengepalai Liga Pertahanan Inggris, yang dikaitkan dengan Polisi Merseyside dengan protes kekerasan di Southport.
Yaxley-Lennon dipenjara karena penyerangan, penghinaan terhadap pengadilan dan penipuan hipotek. Dia saat ini dicari oleh polisi setelah meninggalkan Inggris pekan lalu menjelang persidangan penghinaan terhadap pengadilan yang sedang berlangsung.
Selain Yaxley-Lennon, anggota parlemen yang terpilih sebagai pemimpin partai sayap kanan Reformasi Inggris, Nigel Farage, juga disalahkan banyak orang karena secara tidak langsung mendorong sentimen anti-imigrasi.
Farage mengkritik pemerintah karena menyalahkan kerusuhan tersebut pada “segelintir preman sayap kanan”.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa “preman” memanfaatkan kesedihan bangsa untuk menyebarkan kebencian. Ia pun berjanji akan mengadili siapa saja yang melakukan kekerasan.
Masjid Komunitas Islam diserang
Dalam demonstrasi ini, masyarakat menyasar masjid-masjid serta pencari suaka dan komunitas Muslim di beberapa wilayah Inggris.
Di Southport, pengunjuk rasa melemparkan batu bata ke sebuah masjid. Di kota Sunderland di timur laut Inggris, pengunjuk rasa membakar mobil, kantor polisi, menjarah toko-toko dan bahkan menyerang sebuah masjid.
Di Belfast, Irlandia Utara, pengunjuk rasa melemparkan kembang api di tengah bentrokan antara kelompok anti-Islam dan pengunjuk rasa anti-rasisme.
Kemudian di Tamworth, pengunjuk rasa melemparkan peluru, memecahkan jendela dan menyalakan api.
Sementara itu di Rotherdam, pengunjuk rasa melemparkan papan kayu, membakar benda-benda di dekat hotel, dan memecahkan jendela agar bisa masuk.
(blq/dna/bac)