
Jakarta, Pahami.id –
Mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti sudah mengingatkan Gubernur Sumut Bobby Nasution tentang ancaman Banjir besar.
Dwikorita yang saat itu masih menjabat Kepala BMKG mengunjungi Tapanuli, Sumatera Utara pada Oktober 2025 bersama Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana. Ia kemudian memperingatkan adanya potensi banjir bandang pada November 2025.
“Kami tidak membayangkan siklonnya akan bandel (seperti yang terjadi pada November 2025), namun fenomena alamnya banjir bandang sering terjadi dan koordinasi dengan pemerintah daerah sudah ada.
Mantan Kepala BMKG ini mengungkapkan, peringatan awal tersebut sebenarnya disusul dengan pertemuan online antara dirinya dan Bobby Nasution. Menurut Dwikorita, Pemda Sumut juga sudah siap saat itu.
Namun Dwikorita melihat bencana ini sangat dahsyat karena terjadi di banyak daerah aliran sungai (DAS). Ia mengatakan penyebarannya lebih luas dan cepat dibandingkan siklus 50 tahun hasil penelitiannya di Bahorok.
Ia juga melihat ada aspek yang tidak wajar di balik perubahan tersebut. Guru Besar Geologi Lingkungan dan Mitigasi Bencana ini menduga ada pengaruh antropogenik yang memicu perubahan kondisi tanah, meski tak merinci bentuk intervensi manusia yang dilakukan.
“Jadi (faktor) antropogenik mengganggu semua kesiapsiagaan. Ke depan, belajar dari hal ini, yang tidak boleh dilanggar hanyalah ekologi karena betapapun siapnya kita, kalau ekologinya tidak tepat, kita akan selalu dikalahkan oleh tantangan yang ada, kesiapsiagaan kita akan selalu terlampaui oleh kejadian yang ada,” jelasnya.
Oleh karena itu, Dwikorita mengingatkan kawasan yang memiliki kontur sama dengan Pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Termasuk Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua yang disebut berpotensi mengalami bencana yang sama.
Ia mengingatkan, Desember 2025 hingga April 2026 merupakan periode tumbuhnya siklon di selatan garis khatulistiwa atau belahan bumi selatan (BBS). Dwikorita mengatakan, hujan yang berasal dari bibit siklon tersebut cukup memicu tanah longsor dan banjir bandang di wilayah geologi, seperti kasus Bukit Barisan.
(SKT/Baca)
