Berita Berdebat soal Renovasi, Trump Pecat Arsitek Gedung Putih & Rekrut Baru

by
Berita Berdebat soal Renovasi, Trump Pecat Arsitek Gedung Putih & Rekrut Baru


Jakarta, Pahami.id

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyewa seorang arsitek baru untuk merenovasi Ballroom Gedung Putih setelah dia memecat arsitek sebelumnya menyusul perselisihan.

Menurut seorang pejabat senior Gedung Putih, arsitek sebelumnya, McCrery Architects dan CEO-nya, James McCrery, berselisih dengan Trump mengenai cakupan proyek, terutama ukuran ballroom.


Namun dua pejabat Gedung Putih membantah McCrery dipecat dan mengatakan dia tetap terlibat dalam proyek tersebut sebagai konsultan.

Trump kemudian menyewa arsitek baru dari perusahaan Washington, Shalom Baranes Associates, yang merancang kantor pusat nasional Administrasi Layanan Umum.

“Saat kami memulai fase pengembangan White House Ballroom, pemerintah mengumumkan Shalom Baranes yang berbakat telah bergabung dengan tim ahli untuk mewujudkan visi Trump untuk membangun gedung tambahan terbesar di Gedung Putih sejak Oval Office, White House Ballroom,” kata juru bicara Gedung Putih Davis Ingle. CNN.

“Shalom adalah seorang arsitek sukses yang membentuk identitas arsitektur ibu kota negara selama beberapa dekade dan keahliannya akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan proyek ini,” ujarnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, para pejabat Gedung Putih mengeluh bahwa proyek tersebut berpotensi diperlambat oleh ketegangan antara McCrey dan Trump mengenai perbedaan ukuran proyek dan seberapa mirip desainnya dengan gaya klasik Gedung Putih.

Laporan awal mengenai perselisihan proyek ini muncul di Washington Post, yang berdasarkan empat sumber mengatakan perdebatan tersebut menunjukkan perbedaan antara gaya mewah Trump dan standar desain umum.

Rencana Trump untuk membangun grand ballroom telah berkembang sejak pertama kali diumumkan, termasuk biayanya, yang menurut pemerintah akan ditanggung oleh donor swasta.

Beberapa sumber mengatakan ballroom tersebut akan lebih besar dari rencana semula, meski tidak jelas seberapa besar peningkatannya.

Gedung Putih awalnya menyebutkan ballroom tersebut akan berukuran 90.000 kaki persegi dengan kapasitas 650 kursi, dan menelan biaya hingga US$ 200 juta (sekitar Rp 3,2 triliun).

Trump kemudian mengatakan pada bulan Oktober bahwa biaya proyek tersebut akan meningkat menjadi US$300 juta (sekitar Rp4,8 triliun), seiring dengan ukurannya yang lebih besar.

Proyek ini dikritik karena Trump mengabaikan keberatan dari kelompok pelestarian dan menghancurkan seluruh sayap timur Gedung Putih tanpa izin dari Komisi Inspeksi Gedung Federal.

Gedung Putih mengatakan pihaknya akan mengajukan rencana pembangunan ballroom tersebut kepada Komisi Perencanaan Ibu Kota Nasional, namun menekankan bahwa badan tersebut tidak mempunyai kewenangan atas keputusan untuk menghancurkan sayap timur.

Ketua komisi yang ditunjuk Trump, Will Scharf, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia telah menerima informasi dari rekan-rekannya bahwa rencana ballroom tersebut akan diserahkan ke badan tersebut bulan ini.

(RDS)