Berita Demo Bangladesh Makin Membara dan Rusuh, KBRI Wanti-wanti WNI

by


Jakarta, Pahami.id

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dhaka, Bangladeshmeminta Warga Negara Indonesia (WNI) menghindari demonstrasi menyusul demonstrasi menuntut pengunduran diri perdana menteri yang berujung kerusuhan.

Himbauan tersebut disampaikan KBRI Dhaka melalui postingan di Instagram, Minggu (4/8).


“Warga Indonesia disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan berikut: Hindari keterlibatan dalam protes dan demonstrasi, hindari area demonstrasi,” demikian pernyataan KBRI Dhaka.

Mereka juga meminta masyarakat Indonesia memastikan peralatan komunikasi berfungsi dengan baik di tengah kerusuhan tersebut.

Selain itu, KBRI meminta WNI di Bangladesh untuk mendaftarkan nomor otoritas keamanan setempat 999 dan segera melapor melalui website. https://peduliwni.kemlu.go.id.

KBRI juga mewajibkan WNI memiliki paspor dan visa yang masih berlaku.

“Segera hubungi KBRI Dhaka jika paspor dan visa Anda sudah tidak berlaku lagi,” lanjut mereka.

Tak hanya itu, masyarakat Indonesia di sana diminta memantau media lokal terpercaya dan membagikan informasi terkini.

WNI dalam keadaan darurat dapat menghubungi Nomor Darurat KBRI Dhaka +8801614444552.

Bangladesh berada dalam kekacauan setelah demonstrasi pecah di Dhaka dan beberapa daerah lainnya pada hari Minggu. Mereka menuntut PM Sheikh Hasina mundur.

Aksi tersebut berakhir ricuh menyusul bentrokan antara kelompok penentang Hasina dan pendukungnya. Akibat kekerasan tersebut, puluhan orang pun tewas.

Massa juga disebut membakar sepeda motor dan kendaraan lain di luar rumah sakit.

Bangladesh sebenarnya sudah bergejolak sejak Juli lalu. Pada aksi massa sebelumnya, massa menuntut pemerintah membatalkan kuota pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 30 persen bagi keluarga pejuang.

Sejumlah pihak menilai langkah ini untuk mempertahankan kekuasaan Hasina.

Keputusan mengenai kuota PNS kemudian dibatalkan. Namun, demonstrasi kembali menuntut Hasina mundur.

Hasina telah memerintah Bangladesh sejak 2009 dan memenangkan pemilihan umum keempat berturut-turut pada tahun ini.

Kelompok pengawas hak asasi manusia menuduh pemerintahan Hasina menyalahgunakan institusi negara untuk mempertahankan kekuasaan, menekan perbedaan pendapat, termasuk melalui pembunuhan di luar proses hukum terhadap oposisi.

(isa/bac)