Berita China Tangkap Massal 1.000 Warga Tibet dan Biksu, Ada Apa?

by


Jakarta, Pahami.id

POLISI Cina dilaporkan menahan lebih dari 1.000 orang Tibettermasuk para biksu dari setidaknya dua biara lokal, di Provinsi Sichuan, yang keberatan dengan pembangunan bendungan tersebut.

Dua sumber dari Tibet mengatakan bahwa orang-orang yang ditangkap ditahan di berbagai tempat di seluruh wilayah Dege di Provinsi Kardze Tibet karena polisi tidak memiliki satu tempat pun untuk menahan mereka.


Kedua sumber yang tidak disebutkan namanya itu menjelaskan, warga yang diamankan harus membawa perlengkapan tidur dan tidur sendiri. Tsampa merupakan makanan pokok masyarakat Tibet yang dapat disimpan dalam waktu lama.

“Polisi meminta warga Tibet untuk membawa tsampa dan tempat tidur mereka sendiri, seolah-olah itu pertanda bahwa mereka tidak akan dibebaskan dalam waktu dekat,” kata salah satu sumber. Radio Bebas Asia (RFA).

Sebuah sumber menyebutkan, pada Kamis (22/2), otoritas Tiongkok mengerahkan polisi bersenjata terlatih khusus di kawasan desa Wonto Atas, Kardze, dan menangkap lebih dari 100 biksu dari biara Wonto dan Yena.

Selain biksu, aparat juga menahan warga sekitar dan banyak di antara mereka yang dipukuli dan dilukai.

Beberapa video yang beredar warga menunjukkan otoritas Tiongkok berseragam hitam menahan paksa para biksu. Para biksu terdengar berteriak untuk menghentikan pembangunan.

Sejak berita penangkapan massal menyebar, banyak warga Tibet dari desa Wonto Atas yang bekerja di luar kota memilih untuk kembali ke kampung halaman mereka dan mengunjungi pusat penahanan.

Sumber mengatakan bahwa warga Tibet sejak itu melancarkan demonstrasi menuntut pembebasan ribuan penduduknya.

Alasan warga menentang pembangunan bendungan tersebut

Penangkapan ini terjadi setelah warga menggelar aksi unjuk rasa yang menyerukan agar pembangunan PLTA Gangtuo dihentikan sejak 14 Februari.

Pada tanggal 15 Februari, RFA melaporkan sedikitnya 300 warga berunjuk rasa di luar Balai Kota Distrik Dege memprotes pembangunan bendungan Gangtuo. Bendungan ini merupakan bagian dari kompleks pembangkit listrik tenaga air 13 lantai di Sungai Drichu dengan total kapasitas produksi listrik sebesar 13.920 megawatt.

Proyek bendungan ini terletak di Sungai Drichu, disebut Jinsha dalam bahasa Cina, yang terletak di hulu Sungai Yangtze, salah satu sungai terpenting di Negeri Tirai Bambu.

Masyarakat Tibet sangat kecewa dengan pembangunan PLTA ini karena enam vihara besar hancur dan dua desa harus direlokasi.

“Dulu, biksu dari Biara Wonto secara tradisional memimpin pertemuan doa massal dan melakukan semua kegiatan keagamaan,” kata salah satu sumber.

“Kali ini, biara-biara sepi dan kosong. Sungguh menyedihkan melihat biara-biara dengan sejarah penting dipersiapkan untuk dihancurkan. Hal yang sama terjadi di Biara Yena.”

(rds)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);