Jakarta, Pahami.id –
Sekitar 500 ribu tiket pesawat dari Cina ke Jepang dilaporkan dibatalkan karena hubungan yang memanas antara kedua negara.
Analis penerbangan independen Li Hanming mengatakan peringatan terhadap perjalanan dari Tiongkok ke Jepang berdampak pada pembatalan tiket pesawat.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada 15 November pemesanan tiket aktif ke Jepang turun dari 1,5 juta menjadi 1 juta pemesanan dua hari kemudian. Li kemudian menyimpulkan sekitar 500 ribu perjalanan telah dibatalkan.
“Pasti akan ada lebih banyak pembatalan jika ketegangan meningkat,” kata Li AFP.
Lebih lanjut, dia mengatakan pesanan tiket aktif biasanya turun sekitar lima persen setiap hari. Namun pada 15-17 November penurunan tiket aktif mencapai 33 persen.
Beberapa maskapai penerbangan Tiongkok, termasuk tiga maskapai terbesar, menawarkan pengembalian uang penuh untuk penerbangan ke Jepang yang dipesan hingga 31 Desember.
Agen perjalanan yang berbasis di Tiongkok memberikan reaksi beragam pada Trip Advisor.
Salah satu perusahaan perjalanan besar milik negara menghapus semua opsi perjalanan ke Jepang dari aplikasinya, sementara agen perjalanan lainnya yang berbasis di Beijing tidak lagi menerima pemesanan dari Jepang.
Wisatawan asal Tiongkok menjadi pengunjung terbanyak ke Jepang. Selama sembilan bulan pertama tahun 2025, sebanyak 7,5 juta warga Negeri Tirai Bambu mengunjungi Negeri Sakura.
Pembatalan tiket ini terjadi setelah Tiongkok mengeluarkan peringatan larangan perjalanan ke Jepang pada pekan lalu.
Tiongkok meminta warganya untuk menghindari bepergian ke Jepang. Dalam postingan di media sosial, Kedutaan Besar Tiongkok di Jepang memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke negara tetangga yang menjadi salah satu destinasi favoritnya.
“Baru-baru ini, para pemimpin Jepang secara terbuka mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif mengenai Taiwan, sehingga merusak iklim hubungan antar masyarakat kedua negara,” demikian bunyi pernyataan Kedutaan Besar Tiongkok di Jepang. Penjaga.
Larangan perjalanan itu muncul setelah Tiongkok marah dengan pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi. Wanita tersebut mengatakan bahwa serangan bersenjata ke Taiwan dapat menjadi dasar bagi Jepang untuk menggunakan militer sebagai bagian dari konsep pertahanan kolektif.
China tidak menerima pernyataan tersebut dan meminta PM Jepang menarik komentarnya. Namun Takaichi menolaknya dan mengatakan perkataannya sesuai dengan prinsip.
Di tengah perselisihan tersebut, Konsul Jenderal Tiongkok di Osaka Xue Jian mengancam akan memenggal kepala Takaich di media sosial. Kali ini, Jepang sedang marah. Mereka menganggap tidak pantas bagi diplomat untuk mempublikasikan pernyataan seperti itu.
(ISA/RDS)

