Jakarta, Pahami.id —
Israel dan kelompok perlawanan Hamas Palestina menyetujui gencatan senjata di Gaza pada Rabu (15/1) waktu setempat.
Gencatan senjata akan dilakukan pada Minggu (19/1). Gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlangsung selama enam minggu di Gaza untuk tahap pertama.
Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyatakan gencatan senjata akan dibagi menjadi tiga fase, dikutip dari CNN.
Israel setuju untuk menarik pasukan militer di Gaza, menukar sandera dan tahanan, dan mengizinkan bantuan kemanusiaan ke Gaza pada tahap pertama gencatan senjata.
Kedua belah pihak juga akan bertukar sandera dan tahanan. Hamas akan membebaskan 33 sandera, sementara Israel akan membebaskan sejumlah tahanan selama fase pertama gencatan senjata.
Sebanyak 33 sandera yang akan dibebaskan Hamas terdiri dari perempuan dan anak-anak atau remaja.
Sementara untuk tahap kedua dan ketiga belum dapat ditentukan detailnya. Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan kedua fase tersebut akan dijelaskan lebih rinci selama penerapan gencatan senjata tahap pertama.
“Kami akan melanjutkan upaya apa pun yang kami bisa, segala kemungkinan akan dilakukan oleh mitra kami untuk memastikan perjanjian ini segera dilaksanakan,” kata Mohammed Al Thani seperti dikutip CNN.
“Mudah-mudahan perjanjian ini pada akhirnya membawa perdamaian bagi kita. Saya yakin semuanya tergantung pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian dengan niat baik dan memastikan tidak ada kegagalan dalam perjanjian,” imbuhnya.
Para pejabat Hamas menyebut perjanjian gencatan senjata di Gaza merupakan sebuah keuntungan besar yang mencerminkan sejarah yang telah dicapai melalui ketabahan Gaza, rakyatnya, dan keberanian perlawanannya.
“Ini juga merupakan penegasan kembali atas kegagalan penjajah mencapai salah satu tujuannya,” kata Sami Abu Zuhri. Reuters.
(baca/baca)