Daftar isi
Jakarta, Pahami.id —
Mantan Presiden Suriah, Bashar al-Assadmelarikan diri dan mendapat suaka dari Rusia, setelah sekelompok pejuang menggulingkan rezimnya pada Minggu (12/8).
Setelah Assad melarikan diri, para pemimpin pemberontak Suriah menunjuk mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali sebagai pemimpin sementara.
Berikut komentarnya di International Flash hari ini, Selasa (10/12).
Rusia dikabarkan telah memberikan suaka politik kepada mantan Presiden Suriah Bashar Al Assad setelah ia tiba di Moskow pada Minggu (8/12) waktu setempat.
Rusia memberikan suaka politik kepada Al Assad untuk menjamin keamanan pangkalan militer mereka di Suriah.
Selain itu, suaka ini juga diberikan untuk menjaga hubungan diplomatik Rusia dengan Suriah yang telah lama terjalin, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, saat ini kelompok pemberontak Suriah berjanji akan menguasai pangkalan militer Rusia.
Meski begitu, kata sumber tersebut, situasi di sekitar pangkalan militer Rusia kini semakin tegang pasca kelompok pemberontak tersebut menggulingkan rezim Al Assad.
Korea Selatan melarang Presiden Yoon Suk Yeol bepergian ke luar negeri setelah mengeluarkan mosi pemakzulan menyusul drama deklarasi darurat militer secara sepihak pada Sabtu (12/7).
Larangan perjalanan presiden itu dibenarkan Kantor Investigasi Korupsi Korea Selatan pada Senin (9/12).
Larangan tersebut dikeluarkan oleh polisi Korea Selatan ketika jaksa mempertimbangkan kemungkinan untuk menuntut Yoon karena diduga mencoba memberontak dengan menerapkan darurat militer tetapi gagal pada 3 Desember.
Para pemimpin pemberontak Suriah menunjuk mantan Perdana Menteri Mohammed Ghazi Al Jalali sebagai pemimpin sementara negara itu setelah Presiden Bashar Al Assad digulingkan.
Pemimpin milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, mengatakan Al Jalali akan menjadi pemimpin sementara Suriah ketika ada kekosongan kepemimpinan setelah Assad digulingkan.
Ia mengatakan, langkah ini diambil saat pihak berwenang sedang mempersiapkan pemilu dan membentuk pemerintahan baru.
Al Julani mengatakan Al Jalali akan bertugas mengawasi operasional kementerian dan lembaga negara hingga badan-badan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan baru. Saat itu, pasukan militer di Damaskus tidak diperbolehkan mendekati lembaga negara dan tidak boleh melepaskan tembakan ke udara.
(tim/dna)