Berita AS dan 10 Negara Desak Israel-Hizbullah Gencatan Senjata 21 Hari

by


Jakarta, Pahami.id

Amerika Serikat dan 10 negara lainnya dipanggil Israel dan milisi Hizbullah untuk menerapkan gencatan senjata selama 21 hari di perbatasan menyusul perang antara keduanya yang semakin intensif sejak awal pekan ini.

Seruan tersebut tertuang dalam pernyataan bersama usai 11 negara menggelar pertemuan selama 48 jam terakhir di luar rangkaian Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.


Seruan gencatan senjata ini muncul di tengah pertempuran mematikan antara Israel dan Hizbullah yang dikhawatirkan banyak pihak bisa meluas dan menjadikan Lebanon seperti Jalur Gaza, Palestina, urutan kedua.


Selain Amerika, 10 negara yang menyetujui dokumen ini antara lain Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Selama 48 jam terakhir, para diplomat dari 11 negara berkumpul dan mencoba mengembangkan solusi untuk menghentikan pertempuran sementara antara Israel vs Hizbullah untuk membuka ruang dialog dan diplomasi.

Dikutip CNNIsrael dan Hizbullah belum mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, para pejabat AS mengatakan kedua belah pihak “memahami” garis besar proposal tersebut dan menyatakan keyakinan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk mengumumkannya kepada publik.

“Situasi antara Lebanon dan Israel sejak 8 Oktober 2023 tidak dapat ditoleransi dan menimbulkan risiko eskalasi regional yang lebih luas, yang tidak menguntungkan siapa pun, baik Israel maupun Lebanon,” demikian pernyataan bersama 11 negara yang dikeluarkan Rabu (25). /25). 9) malam waktu AS.

Presiden Joe Biden menyambut baik dukungan negaranya terhadap proposal gencatan senjata. Menurutnya, usulan tersebut merupakan salah satu keberhasilan penting saat ini untuk mencegah perang semakin meluas.

“Kami bisa mendapatkan dukungan yang signifikan dari Eropa, serta negara-negara Arab. Penting agar perang ini tidak meningkat,” kata Biden kepada wartawan pada Rabu malam.

Tujuan langsung dari kesepakatan ini adalah untuk meredakan ketegangan dan memungkinkan penduduk di sepanjang perbatasan untuk kembali ke rumah mereka di Israel dan Lebanon.

Eskalasi perang antara Israel dan Hizbullah memang mengkhawatirkan, terutama setelah Tel Aviv mempertimbangkan untuk menyiapkan rencana menyerang Lebanon.

Sejak awal pekan ini, Israel dan Hizbullah tak segan-segan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap satu sama lain. Serangan udara Israel juga tidak lagi hanya menyasar wilayah yang dikuasai Hizbullah di Lebanon selatan, tetapi juga wilayah lain di negara tersebut.

Sejauh ini, lebih dari 500 orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat serangan Israel di Lebanon. Sementara itu, Hizbullah juga tidak tinggal diam dengan melancarkan serangkaian serangan udara terhadap Israel.

Tentara Israel bahkan untuk pertama kalinya mengakui rudal balistik Hizbullah mampu menembus ibu kota Tel Aviv, meski berhasil dicegat.

Banyak pihak khawatir perang antara Israel dan Hizbullah akan menjadikan Lebanon seperti Jalur Gaza Palestina kedua yang sejak Oktober 2023 masih mendapat serangan dari Tel Aviv.

(rds)