Daftar isi
Jakarta, Pahami.id —
Hasil hitung cepat Pilkada Banten 2024 menunjukkan pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah lebih unggul Airin Rachmi Diany-Ade Sumadi.
Berdasarkan quick count Charta Politika, Soni-Dimyati memperoleh suara 57,52 persen. Sedangkan Airin-Ade memperoleh 42,48 persen suara.
Atas keputusan tersebut, PDIP yang mengusung Airin-Ade dengan Golkar kaget. Partai Banteng menilai ada yang janggal dengan kekalahan Airin-Ade perebutan kursi Banten 1.
Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menilai kekalahan Airin-Ade merupakan sebuah anomali. Ia menyebut Airin yang merupakan Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Basarah mencontohkan dugaan keterlibatan non-partai menyusul kekalahan jagoan mereka. Basarah menilai kekalahan Airin-Ade di Pilkada Banten 2024 mengejutkan karena dianggap tidak mencerminkan hasil survei elektabilitas di Banten jelang pemungutan suara.
Ia mengklaim elektabilitas Airin sepekan sebelum pencoblosan sudah mencapai 70 persen.
Merujuk survei elektabilitas Litbang Kompas pada pertengahan Juli lalu, nampaknya ada perbedaan mencolok jika dibandingkan hasil quick count Pilkada Banten 2024.
Pasalnya, Soni yang diusung Gerindra, NasDem, PKS, bahkan PAN saat itu tercatat tak lolos di Banten. Sedangkan Airin tercatat memiliki elektabilitas tertinggi sebesar 38,3 persen.
Namun dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan, Soni yang tercatat tidak memiliki elektabilitas berhasil mengalahkan Airin yang mendominasi elektabilitas di Banten.
Sebaliknya, setelah Kompas Litbang merilis survei elektabilitas Banten pada Juli lalu, hampir tidak ada lembaga yang mengumumkan survei elektabilitas di Banten hingga masa pemungutan suara digelar.
Lantas bagaimana pengamat politik melihat fenomena tersebut? Apakah ini anomali ataukah Soni-Dimyati menemukan langkah politik brilian untuk mengalahkan Airin-Ade?
Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan, elektabilitas yang dimiliki atau tidak dimiliki seorang tokoh dapat berubah seiring berjalannya waktu dan dinamika politik.
Dijelaskannya, elektabilitas merupakan upaya mencatat cerminan persepsi masyarakat terhadap tokoh atau tokoh tertentu dalam kurun waktu tertentu.
“Perlu diingat bahwa survei merupakan kondisi persepsi masyarakat pada suatu waktu. Survei dilakukan pada suatu waktu, karena persepsi masyarakat dapat berubah dengan cepat,” kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.comSenin (12/2).
Perubahan aneh pada survei
Meski begitu, Asrinaldi menegaskan, perubahan elektabilitas tokoh tertentu biasanya tidak terjadi secara drastis dalam waktu singkat. Yang jelas, tingkat selektabilitas seseorang biasanya berubah secara perlahan dan membutuhkan waktu yang lama.
“Yah, tentu saja bisa berubah seperti itu, tapi agak aneh ya? Perubahannya sangat kentara, artinya dari hasil ini biasanya fluktuasinya tidak terlalu jauh,” jelasnya.
Apalagi, kata dia, penurunan elektabilitas signifikan yang berujung pada kejatuhannya di Pilkada Banten 2024 terjadi pada sosok Airin yang berkeliling ke seluruh Banten.
Sebelum menjadi calon pada Pilkada Banten 2024, Airin pernah menjabat Wali Kota Tangsel selama dua periode, menjabat pada 2011 hingga 2021.
Apalagi kita tahu Airin bisa dikatakan lebih populer dan bisa dikatakan petahana sebenarnya, kata Asrinaldi.
“Dengan riwayat keluarga yang besar sebagai orang yang sangat dihormati, tentu hal itu juga menjadi pertanyaan,” lanjutnya.
Meski demikian, Asrinaldi menegaskan, hasil penghitungan cepat Pilkada Banten 2024 yang dinilai mengejutkan belum tentu membuktikan adanya kecurangan. Ia menilai tudingan tersebut tidak bisa menjadi dasar terjadinya kecurangan pada Pilkada Provinsi Banten 2024 tanpa adanya bukti yang sah dan sah.
“Nah, apakah itu mencerminkan ada campur tangan kewenangannya? Nah, ini perlu dibuktikan ya, dugaan itu bisa saja,” ujarnya.
Tentu saja harus ditunjukkan bukti empirisnya, dan kalau ditemukan ada mekanismenya melalui mahkamah konstitusi, lanjutnya.
‘Kalah’ surveinya JSuara elang
Di sisi lain, Asrinaldi juga mempertanyakan mengapa jelang pemungutan suara Pilkada Banten 2024, hampir tidak ada lembaga survei yang merilis elektabilitas pasangan calon.
Padahal, kata dia, magnet politik perebutan kursi Banten 1 cukup kuat karena masih berada di Pulau Jawa dan merupakan wilayah dekat Jakarta. Ia pun membantah adanya pandangan yang menganggap tidak adanya survei elektabilitas di Banten karena dianggap kurang menarik.
“Ini juga perlu menjadi perhatian. Kenapa lembaga survei tidak mau merilisnya, apakah tidak semenarik DKI, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, saya kira tidak,” ujarnya.
Banten juga merupakan kawasan strategis, kawasan penyangga ya penyangga politik negara, imbuhnya.
Meski begitu, Asrinaldi enggan berspekulasi mengenai adanya intervensi kekuatan tertentu dengan tidak adanya survei elektabilitas di Pilkada Banten 2024. Ia hanya menilai fenomena tersebut sebagai peristiwa politik yang harus dilihat secara utuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata bagian.
Nah, hal ini juga perlu dipahami dengan melihat fenomena yang ada sebelum Pilkada dan hasil yang didapat setelah Pilkada, ujarnya.
Berbeda dengan Asrinaldi, Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro menilai absennya jajak pendapat elektabilitas di Banten tidak ada kaitannya dengan peristiwa politik. Ia menilai, hal tersebut hanya imbas dari hasil lembaga survei yang menilai Pilkada Banten 2024 kurang menarik.
“Kami menilai dinamika politik di sana kurang kompetitif sehingga kami lebih memilih calon di daerah lain,” kata Agung CNNIndonesia.comSelasa (12/3).
Karena banyak yang menilai Puan Airin terlalu tangguh dibandingkan Pak Andra-Soni, lebih bersifat teknis daripada substantif, imbuhnya.
Bagaimana Soni-Dimyati Menggulingkan Airin-Ade
Lebih lanjut, Agung menilai quick count yang menunjukkan Soni-Dimyati merebut kursi Banten 1 bukanlah sebuah anomali. Ia yakin bukan tidak mungkin Airin-Ade bisa dikalahkan.
Agung menilai kemenangan Soni-Dimyati pada Pilkada Provinsi Banten 2024 berdasarkan perhitungan cepat bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Apakah karena optimalnya mesin politik yang mendukungnya, yaitu kekuatan di udara, kemudian kekuatan di lapangan, dan kekuatan di lini kampanye lainnya yang bergerak konsisten dari awal hingga akhir perjuangan, ujarnya.
Meski demikian, Agung menilai yang penting Soni-Dimyati bisa memenangkan Pilkada Banten 2024 berdasarkan perhitungan cepat adalah keberhasilan mereka memaksimalkan ceruk calon pemilih. Apalagi, kata dia, upaya tersebut dilakukan secara konsisten oleh Soni-Dimyati hingga pemungutan suara.
“Saya kira kemampuan Andra-Dimyati dalam mendampingi pemilih yang rasional dan irasional di periode akhir inilah yang membuat pembacaan hasil survei menjadi anomali,” ujarnya.
(mab/DAL)