Jakarta, Pahami.id –
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyatakan akan menyelidiki penerbangan misterius yang membawa warga tersebut Palestina Tiba secara misterius minggu lalu.
Ramaphosa mengatakan badan intelijen, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Kerja Sama Internasional kini sedang menilai situasi.
“Kami akan melakukan penilaian yang tepat dan melihat apa yang terjadi ke depan,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/11).
“Mereka adalah orang-orang dari Gaza yang entah bagaimana secara misterius menaiki pesawat yang melewati Nairobi dan tiba di sini,” katanya.
Ramaphosa mengatakan pihak berwenang Afrika Selatan perlu melihat asal usul mereka, dari mana mereka memulai dan mengapa mereka dibawa ke sini.
Ramaphosa pun membeberkan alasan Afrika Selatan akhirnya menerima ratusan warga Palestina.
“Karena belas kasih, dan karena kami, sebagai warga Afrika Selatan, mendukung orang-orang ini, kami merasa harus menerima mereka,” katanya.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara yang mendukung dan bersuara mengenai kemerdekaan Palestina. Negara tersebut juga mengajukan gugatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (IJC) pada tahun 2023.
Pekan lalu, sebuah pesawat yang membawa 153 warga Palestina memasuki Afrika Selatan. Penumpang ditahan selama 12 jam di pesawat karena tidak memiliki stempel keberangkatan dari Israel di paspornya.
Setelah ditahan berjam-jam, Kementerian Dalam Negeri mengizinkan mereka turun dari pesawat setelah lembaga swadaya masyarakat Gift Givers bersiap menyediakan akomodasi bagi para penumpang selama berada di Afrika Selatan. Dari ratusan penumpang tersebut, 130 orang dibawa ke Afrika Selatan, dan sisanya dipindahkan ke negara lain.
Pendiri Pemberi Hadiah, Imtiaz Sooliman, mengatakan, warga Palestina sebelumnya tidak tahu akan dibawa ke mana. Mereka baru menyadari bahwa mereka akan tiba di Afrika Selatan ketika berada di Kenya.
“Ada yang punya visa Kanada, Australia, dan Malaysia, dan akhirnya diizinkan pergi ke negara-negara tersebut,” kata Sooliman seperti dikutip Reuters.
Sooliman mengatakan pilihan yang tersisa saat ini adalah pindah ke negara pilihan mereka jika diterima oleh negara tujuan, memiliki visa tinggal sementara untuk Afrika Selatan, visa pengunjung 90 hari yang dapat diperpanjang beberapa kali, visa pelajar untuk tujuan belajar, atau mengajukan suaka.
Kejadian serupa juga terjadi pada akhir Oktober lalu. Saat itu, ada pesawat carteran yang membawa 176 penumpang warga Palestina.
Berdasarkan penilaiannya terhadap mereka yang tiba di Afrika Selatan, Sooliman mengatakan Israel tampaknya mengusir orang-orang dari Gaza.
Israel, lanjutnya, mengirim warga Gaza dengan pesawat carteran tanpa membubuhkan stempel di paspornya.
“Israel sengaja tidak mengeluarkan paspor orang-orang miskin ini untuk memperburuk penderitaan mereka di luar negeri,” kata Sooliman.
Sejauh ini belum ada penjelasan resmi mengenai warga Palestina yang diduga dideportasi ke Afrika Selatan. Namun, ada beberapa petunjuk tentang awal proses ini. Salah satu media Israel, Haaretz, juga memberitakan adanya pesawat carteran yang membawa warga Palestina.
Menurut media, ada organisasi Israel-Estonia yang memberi kami $2.000 kepada warga Palestina agar siap naik penerbangan charter. Pesawat tersebut kemudian diterbangkan ke berbagai negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Afrika Selatan.
(ISA/DNA)

