Jakarta, Pahami.id –
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk mengatakan akan turun untuk meninjau situasi di wilayah Pegunungan Papua untuk menemukan faktor -faktor yang menyebabkan inflasi tinggi di wilayah tersebut.
Langkah ini dilakukan mengikuti data Badan Statistik Pusat (BPS) yang mencatat inflasi Pegunungan Papua pada Februari 2025 pada tahun (YOY) 7,99 persen, tertinggi di Indonesia tahun lalu.
Ini disajikan oleh Ribka setelah pertemuan Koordinasi Kontrol Inflasi Regional (Rapat Koordinasi) yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kementerian Dalam Negeri), Jakarta, Selasa (4/3).
“Untuk mengatasi ini, saya akan turun langsung untuk meninjau apa yang terjadi di Gunung Papua yang membuat inflasi di sana tinggi,” katanya.
Perwakilan menekankan peran pemerintah daerah Papua (Pemprov) dari Kabupaten Jayawijaya dalam mengendalikan inflasi di wilayah tersebut, dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat akan merayakan liburan Idulfitri.
“Inflasi yang tinggi ini sangat disayangkan, terutama karena komunitas kami akan merayakan liburan, adalah pemerintah daerah, terutama pemerintah pegunungan Papua dan pemerintah distrik Jayawijaya tidak dapat mengatasi inflasi ini,” katanya.
Selain itu, Ribka menegaskan bahwa inflasi di Pegunungan Papua adalah perhatian khusus bagi pemerintah pusat. Dia meminta pemerintah daerah (PEMDA) untuk secara aktif memantau dan mengidentifikasi faktor -faktor kunci yang menyebabkan kenaikan harga.
“Ini adalah masalah khusus, saya meminta pemerintah daerah untuk menemukan faktor -faktor yang menyebabkan inflasi tinggi,” katanya.
Sebagai langkah konkret, Ribka akan menyerukan Pemerintah Daerah Pegunungan Papua, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, dan pihak -pihak terkait lainnya untuk membahas langkah -langkah strategis dalam mengendalikan inflasi di wilayah tersebut.
“Kami akan menelepon untuk melaporkan apa yang terjadi dan kemudian bersama -kami mencari solusi untuk menekan inflasi untuk turun,” katanya.
Berdasarkan hasil koordinasi kontrol inflasi regional, diketahui bahwa 22 wilayah di Indonesia menderita deflasi, sementara 16 wilayah menderita inflasi.
Deflasi terdalam Yoy terjadi di provinsi Papua Barat -1,98 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi Yoy terjadi di provinsi Papua 7,99 persen.
(Inh)