Berita Unud Bantah Timothy Tewas karena Tekanan Skripsi

by
Berita Unud Bantah Timothy Tewas karena Tekanan Skripsi


Bali, Pahami.id

Universitas Udayana (Unud) Bali membantah isu kematian mahasiswa Timotius Anugerah Saputra (21) karena stres dalam menulis skripsi.

“Kami ingin memperjelas permasalahan lain, dimana terdapat perbincangan di media sosial atau komentar yang menyatakan bahwa almarhum meninggal karena stres dalam mempersiapkan skripsi,” kata kepala unit komunikasi publik Universitas Udayana Dewi Pascarani saat konferensi pers di gedung pascasarjana.

Ia mengaku sudah menjelaskan langsung kepada dosen pembimbing skripsi Timotius dan sejauh ini pembimbingan skripsi berjalan lancar.


“Kami sudah menjelaskan langsung kepada dosen pembimbing skripsi almarhum. Berdasarkan informasi yang kami terima, proses resmi pembimbingan skripsi hanya berlangsung selama 20 hari dan pembimbingan dilakukan dua kali,” ujarnya.

“Proses pendampingan berjalan lancar, sangat komunikatif dan dosen pembimbing selalu mengakomodir topik yang disarankan almarhum,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan dosen pembimbing yang telah diperiksa, kata Dewi, tidak ada catatan atau keluhan dari Timotius selama proses pembimbingan kepada pembimbing skripsinya.

“Maka sekali lagi kami mohon kepada rekan-rekan untuk memberikan ruang dan waktu menunggu hasil kerja tim Satgas PPKPT,” ujarnya.

Dewi juga memastikan CCTV Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Kampus Sudirman, saat Timothy meninggal, masih berfungsi dengan baik.

“CCTV kita bisa berfungsi dengan baik, tapi ada blind spot yang tidak bisa menangkap keseluruhan kejadian, almarhum sempat terekam kamera CCTV, berjalan di lorong, itu ada di sana, tapi setelah itu CCTV tidak tertangkap lagi, dan ini juga sudah diperiksa ke polisi, rekaman CCTV baru kita buka, jadi tidak ada yang merusak, ”ujarnya.

Ia juga mengatakan, UNUD belum bisa memastikan dugaan korban melompat dari lantai berapa karena tidak ada saksi yang melihat kejadian tersebut.

“Kami belum bisa memastikan apakah lompat dari lantai dua atau empat, karena tidak ada bukti, tidak ada saksi yang melihatnya dari lantai pastinya, sehingga awalnya kami temukan saksi yang melihat dari luar gedung, almarhum sudah berada di lantai dua dan hendak turun,” ujarnya.

“Tapi kita belum bisa memastikan pasti dari lantai mana, tapi sandal dan tasnya ada di lantai satu, kita belum bisa memastikannya,” ujarnya.

Dewi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan Satgas Pencegahan dan Pengendalian Kekerasan Seksual dan Perundungan (PPKPT) yang dibentuk Satgas Bali dan juga dari kepolisian yang menangani.

“Tetapi kami sedang melakukan pendalaman, tentunya akan ada tambahan informasi yang akan diberikan oleh pihak universitas. Oleh karena itu sekali lagi kami mohon untuk menahan diri, kita bersama-sama menahan diri untuk tidak memberikan dugaan, spekulasi yang dapat menghidupkan kembali kejelasan informasi tentang kejadian ini,” ujarnya.

“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian, kini polisi juga datang ke kampus untuk mengusut perkara tersebut, tentunya kami akan mendukung dan memberikan akses seluas-luasnya kepada pihak kepolisian untuk melanjutkan penyidikan,” ujarnya.

Sebelumnya, polisi masih menyelidiki kematian mahasiswa Universitas Udayana (UNUD) Timothy Anugerah Saputra (21).

Kapolsek Denpasar Barat Kompol Laksmi Trisnadewi mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan orang tua korban dan menjelaskan rangkaian proses penyidikan terkait kematian Timothy.

Jadi, kami jelaskan juga bahwa korban terjatuh dari lantai empat, lalu apakah benar tidak ada CCTV yang merekam kejadian tersebut? Itu pertanyaan ayah korban, kami jelaskan juga bahwa di lobi ada CCTV saat korban datang, saat korban terjatuh, ujarnya.

“Jadi terekam CCTV saat korban masuk ke dalam gedung, di lobi depan.

Ia pun mengatakan apakah benar tidak ada saksi yang melihatnya. Pihaknya menyebutkan, ada saksi yang melihat korban saat keluar dari lift lantai empat.

“Saya keluar dari lift, sampai di lantai empat, lalu berjalan, lalu korban duduk di lokasi ditemukannya tas dan sepatu terakhir korban, sehingga ada tiga orang saksi yang melihat hal tersebut karena tidak saling kenal, sehingga dibiarkan begitu saja atau tidak terlalu memperhatikan aktivitas korban saat itu,” ujarnya.

Terkait dugaan korban bunuh diri, kata Laksmi, ada saksi yang melihat korban datang sendiri, lalu ada saksi yang melihat korban duduk sambil melepas sepatu.

“Kalaupun korban terjatuh atau loncat di situ tidak ada saksi yang melihatnya, itu yang pertama, lalu soal alat bukti apakah mungkin ada unsur perundungan atau perundungan terhadap korban yang mengakibatkan (dugaan) korban bunuh diri, itu masih dalam proses penyelidikan kami,” ujarnya.

(kdf/bukan)