Jakarta, Pahami.id —
Media pemerintah Vietnam mengatakan sedikitnya 14 orang tewas dan 176 lainnya luka-luka setelah kejadian tersebut Topan super Yagi melanda wilayah utara negara itu. Pejabat Vietnam juga telah memperingatkan akan terjadinya hujan lebat, meski intensitasnya menurun.
Seperti diberitakan Mandiridigambarkan oleh para pejabat Vietnam sebagai salah satu topan terkuat yang melanda wilayah tersebut dalam satu dekade, Yagi menyebabkan lebih dari 3 juta orang tanpa aliran listrik di Vietnam utara.
Topan Besar Yagi juga merusak lahan pertanian penting di negara ini, seluas hampir 116.192 hektar, yang sebagian besar ditanami padi dan buah-buahan. Ratusan penerbangan dari dan ke Vietnam dibatalkan setelah empat bandara ditutup.
Topan tersebut menghantam provinsi pesisir utara Vietnam, Quang Ninh dan Haiphong, dengan kecepatan angin mencapai 149 kilometer per jam (92 mil per jam) pada Sabtu (7/9) malam waktu setempat.
Topan Super Yagi berkecamuk sekitar 15 jam sebelum perlahan melemah menjadi depresi tropis pada Minggu (8/9) pagi waktu setempat. Departemen meteorologi Vietnam memperkirakan akan terjadi hujan lebat di wilayah utara dan tengah dan memperingatkan akan terjadinya banjir di daerah dataran rendah, banjir bandang di sungai, dan tanah longsor di lereng yang curam.
Pekerja kota bersama tentara dari tentara dan polisi sibuk di ibu kota, Hanoi, menebang pohon tumbang, merobohkan papan reklame, merobohkan tiang listrik dan menyapu atap, sambil menilai kerusakan yang disebabkan oleh bangunan yang rusak.
Yagi masih berupa topan saat menyapu dari barat laut Filipina ke Laut Cina Selatan pada Rabu (4/9), menyebabkan sedikitnya 20 orang tewas dan 26 lainnya hilang, sebagian besar disebabkan oleh tanah longsor dan banjir yang meluas di negara kepulauan tersebut.
Badai tersebut kemudian berpindah ke Tiongkok, menewaskan tiga orang dan melukai hampir seratus lainnya, sebelum menghantam Vietnam.
“Topan seperti Topan Yagi semakin kuat akibat perubahan iklim, terutama karena air laut yang lebih hangat memberikan lebih banyak energi untuk memicu badai, sehingga menyebabkan peningkatan kecepatan angin dan curah hujan yang lebih tinggi,” kata Benjamin Horton, Direktur Singapore Earth Observatory.
(Wow)