Berita SBY di Konferensi Tokyo Singgung Langkah Mundur AS dari Badan PBB

by


Jakarta, Pahami.id

Presiden Keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (Sby) Pidato tentang semangat kerja sama, kemitraan, dan kerja sama internasional di Konferensi Tokyo Jepang2025.

Dalam pidatonya, Sby juga merujuk pada langkah oleh Amerika Serikat di beberapa badan PBB (PBB) seperti WHO dan Dewan Hak Asasi Manusia.


“Multilateralisme sedang dalam krisis. Memang benar bahwa belum ada Perang Dunia sejak 1945, tetapi sekarang, lihat Ukraina, Gaza, Kongo dan Sudan, dan lebih dekat, Perang Sipil di Myanmar,” Sby, dalam pidatonya di Konferensi Toky 2025 pada hari Selasa (4/3) Pahami.id.

Sby kemudian menggambarkan dunia yang semakin terbagi dalam pidatonya di forum internasional.

“Amerika Serikat, sebuah negara yang membantu mendirikan PBB, sekarang menarik diri dari beberapa perjanjian multilateral. Persaingan geopolitik mencegah kerja sama regional dan multilateral.Ish), dan bukan kita (We-ishs) Itu tumbuh cepat. Dewan Keamanan PBB lumpuh, gagal menghentikan pembantaian di Gaza dan perang di Ukraina. Ada persepsi yang kuat tentang standar ganda dalam penerapan hukum dan norma internasional, “kata Sby.

“Dalam perspektif saya, PBB adalah kombinasi kegagalan, tercermin dalam berbagai perang saat ini, dan keberhasilan, dengan munculnya negara -negara independen dari bayang -bayang kolonialisme dan konflik diselesaikan oleh PBB,” katanya.

Sby kemudian menawarkan solusi yang diyakini beton untuk mengatasi krisis multilateralisme.

“Kita harus memperkuat PBB, sebagai manifestasi multilateralisme global, mengatasi Dewan Keamanan dengan melepaskannya dari cengkeraman veto dari lima negara, memberdayakan Majelis Umum, meningkatkan operasi penjaga perdamaian, sehingga tidak ada keuntungan yang tidak dapat terancam.

Sby menekankan bahwa reformasi PBB hanya dapat dilakukan jika ada kohesif dari sebagian besar anggotanya, karena namanya adalah kesatuan bangsa.

“Ini bukan sekelompok negara yang terpecah antara kuat dan lemah, kaya dan miskin, tanpa persatuan, negara tidak dapat bekerja sama, jika mereka tidak dapat bekerja sama, maka multilateralisme menjadi tidak berarti,” kata Sby.

(BAC)