Juru Bicara Kementerian Kesehatan pada GazaAshraf al-Qudra, mengatakan administrator di Rumah Sakit Al Shifa menolak seruan tersebut Israel untuk memindahkan pasien dari rumah sakit, tanpa prosedur pengobatan yang tepat.
Israel mendesak evakuasi pasien dan pengungsi di Al Shifa, karena Israel bersiap menyerbu gedung rumah sakit yang diklaim sebagai markas komando milisi Hamas.
“Direktur rumah sakit dengan jelas mengatakannya [Israel] “bahwa evakuasi harus dilakukan melalui koridor kemanusiaan yang aman, sesuai standar kesehatan dan mempertimbangkan kondisi pasien di rumah sakit,” kata Al Qudra, dikutip Al Jazeera.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Dia berkata, “Kami tidak bisa begitu saja memindahkan pasien rumah sakit ke jalanan. Itu seperti memberi kami hukuman mati. [kepada pasien].”
Sebelumnya, tentara Israel disebut hanya memberikan peringatan 30 menit sebelum melancarkan serangan ke RS Al Shifa.
“Kami diminta menjauh dari jendela dan balkon. Kami bisa mendengar suara kendaraan lapis baja, mereka berada sangat dekat dengan pintu masuk kompleks,” kata Dr Khaled Abu Samra di Rumah Sakit Al Shifa.
Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit terbesar di Gaza sebagai pusat komando dan kendali operasi.
“Tentara sedang melakukan operasi darat di Gaza untuk mengalahkan Hamas dan menyelamatkan sandera kami. Israel berperang dengan Hamas, bukan dengan warga sipil di Gaza,” klaim Israel.
Rumah sakit tersebut berulang kali dan secara konsisten membantah tuduhan Israel bahwa Hamas membangun pusat komando di rumah sakit tersebut.
Saat ini terdapat sekitar 650 pasien yang dirawat di Al Shifa, 100 di antaranya berada dalam kondisi kritis. Fasilitas medis tersebut juga menampung 2.000 hingga 3.000 pengungsi, serta 700 petugas medis dan administrator.
(Dna)