Jakarta, Pahami.id –
Anggota Komisi DPR VI dari faksi PDIP Rike Diaah Pitaloka Alias Oneng terganggu pada pertemuan pleno ke -23 pada hari Selasa (8/7) sehubungan dengan persyaratan 19 port siapa yang mengalami langit -langit hari ini.
Menurut Rike, beberapa pelabuhan ini tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Rike juga menyoroti pendarah di pelabuhan menyegarkan, Bengkulu untuk sementara waktu. Namun, Rike mengatakan dia bersyukur bahwa kapal itu sekarang berlayar dengan menolak.
“Harap dicatat bahwa ada 19 pelabuhan yang menderita lumpur dan meminta perhatian dan dukungan,” kata Oneng pada pertemuan itu.
Rike mengatakan di wilayah regional pelabuhan dengan lumpur ada pelabuhan dan eveniati, lhokseumawe, belawan, kuala langsat, tb asahan, dumai, tanjung pinang, dan bangga.
Kemudian di dua regional, ada Port Bay, Tanjung Pandan, Bengkulu, Coconut Sunda, Tanjung Priok, dan Cirebon. Kemudian di tiga regional, ada pelabuhan Sampit, batu halus, Banjarmasin, Gresik, dan Terminal Teluk Lamong.
Rieke mengatakan dia khawatir tentang langit -langit di pelabuhan karena dapat menyebabkan isolasi dan pengunduran diri daerah tersebut. Menurutnya, situasinya seharusnya tidak terjadi karena Indonesia adalah sebuah pulau.
Sebaliknya, kata Rikee, dana konsesi dan layanan LabUH untuk memperbaiki pelabuhan diatur dalam hukum nomor 17 tahun 2008 pada pengiriman, nomor pp 61 pada tahun 2009 tentang pelabuhan, dan beberapa peraturan teknis lainnya.
Berdasarkan beberapa peraturan ini, otoritas pelabuhan memiliki kekuatan untuk mempertahankan hambatan gelombang, kumpulan pelabuhan, untuk pengiriman.
“Ini hanya menunjukkan bahwa memasuki otoritas pelabuhan, yang berada di kementerian pelabuhan, belum dioptimalkan untuk menormalkan pelabuhan. Sementara pelabuhan adalah entitas strategis untuk pertahanan dan keamanan nasional,” kata Rike.
Oleh karena itu, Rieke mengakui bahwa ia akan terus mendukung penyelesaian beberapa kasus korupsi di beberapa area pelabuhan dari Tanjung Gold di Java Center 2015-2017, Samarinda Port Kalimantan Timur pada 2015-2016, pelabuhan Benoa di Bali pada 2014-2016, ke Port Kaliman Selatan.
“Dengan semua penghargaan, mintalah dukungan untuk anggota parlemen dan pemimpin Indonesia untuk inspeksi atau audit untuk tujuan khusus untuk dana konsesi dan layanan di Kementerian Prioritas Transportasi pada 2014-2019, dan 2019-2024 karena kami membutuhkan anggaran besar untuk menormalkan setidaknya 19 pelabuhan nasional,” kata Rieke.
“Dan akhirnya, minta dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat V untuk membawa masalah ini pada pertemuan komisi,” katanya.
(FRA/THR/FRA)