Jakarta, Pahami.id –
Menteri Kebudayaan Zona fadli hanya menanggapi dengan santai tentang kombinasi masyarakat sipil yang mengangkatnya selama pertemuan di Dewan Komisi Perwakilan X. Tentang diskusi tentang sejarah sejarah Indonesia.
Fadli menganggap tindakan itu seperti biasa. Dia mengaku melakukan hal yang sama ketika dia masih mahasiswa.
“Ya, ini normal, saya sudah seperti itu, ya, menurut saya, aspirasi,” kata Fadli setelah pertemuan di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (6/2).
Fadli tidak berbicara dengan tegas tentang klaim bahwa proyek penulisan historis akan ditunda. Dia mengatakan partainya akan segera melakukan tes penulisan publik.
“Kami akan melakukan tes publik, jadi kami akan melakukan tes publik tentang apa yang tertulis, ya Juli,” kata seorang pria yang telah menjadi anggota MPR dari 1997-199999999999999999999999999, Juli.
Menurut Fadli, tes publik dilakukan terutama untuk menguji narasi dan data untuk menulis ulang sejarah Republik Indonesia. Dia mengatakan tes publik juga akan mengakomodasi aspirasi yang disediakan oleh beberapa pihak.
Dia memastikan bahwa tes publik juga akan melibatkan universitas bagi para ahli.
Menurut Fadli, partainya membuka kesempatan untuk meninjau materi penulisan. Untuk saat ini, dia telah meminta publik untuk tidak mempengaruhi materi penulisan. Karena, hasilnya belum dipublikasikan.
“Hanya menulis judul terus ingin menguji publik, apa yang ingin Anda uji oleh publik? Hanya satu judul, tunggu sebentar, hanya 80-90 persen, baru saja diuji,” kata politisi Gerindra.
Komisi Komunitas Publik X bertemu dengan Zona Fadli Menteri Kebudayaan di DPR, Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025. |
Kombinasi publik sipil impunitas mengganggu zona fadli dalam pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat X hari ini.
Sejumlah anggota koalisi menyajikan spanduk yang berisi beberapa klaim dari balkon pertemuan. Spanduk berisi penolakan mereka terhadap proyek penulisan sejarah Indonesia di bawah Kementerian Kebudayaan.
Black Banner membentang dari balkon pertemuan yang bertuliskan, “pelanggaran hak asasi manusia”.
Koalisi sipil melalui spanduk lain juga menyatakan penolakan atas gelar pahlawan kepada presiden ke -2 Republik Indonesia, Suharto.
“Hentikan sejarah pemutihan. Dengarkan suara korban. Tolak judul pahlawan Soeharto“Teriak beberapa anggota koalisi yang solid.
(Thr/Kid)