Jakarta, Pahami.id –
Pembicara Parlemen Indonesia Nyonya. Memancarkan upaya pemerintah untuk melindungi Pekerja migran Indonesia (PMI) Setelah kematian orang Indonesia di Kamboja melonjak menjadi 75 persen pada Januari-Mac 2025 dari tahun sebelumnya selama periode yang sama.
Anda mengevaluasi bahwa acara ini harus memperingatkan pemerintah untuk meningkatkan perlindungan bagi PMI di luar negeri.
“Fenomena ini pasti Peringatan Bagi pemerintah untuk memaksimalkan perlindungan untuk PMI kami, kami tahu bahwa tidak sedikit dari mereka datang ke Kamboja untuk penipuan, “kata Mrs dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Selasa (29/4).
Madam mengatakan pemerintah juga harus menyadari meningkatnya kasus penipuan online yang telah menyebabkan banyak PMI menjadi dosis.
“Kasus -kasus penipuan online yang menyebabkan kematian adalah peringatan yang kuat.
Anda menekankan bahwa pemerintah tidak boleh tetap diam tentang peningkatan jumlah PMI yang telah meninggal karena pekerjaan ilegal di luar negeri.
Selain itu, katanya, PMI tidak hanya harus menderita kerugian ekonomi dan fisik tetapi juga harus mengambil nyawa mereka ke luar negeri.
“Kita tidak bisa menutup mata kita untuk membangkitkan kejahatan terakhir PMI. Para korban tidak hanya kurang beruntung secara ekonomi, tetapi juga secara fisik dan hidup,” katanya.
Dia berharap pemerintah juga akan aktif dalam kerja sama internasional untuk melindungi PMI yang masih bekerja di luar negeri.
Salah satunya, katanya, pemerintah dapat mengambil keuntungan dari peran gugus tugas ASEAN terhadap pekerja migran (TFAMW) untuk memperkuat perlindungan pekerja migran di wilayah tersebut.
“Indonesia harus mendorong peran TFAMW sebagai respons regional kolektif terhadap cross -crime, terutama berbasis digital seperti sindikat penipuan online,” katanya.
“Indonesia harus menekankan pentingnya ASEAN untuk membentuk protokol bersama untuk perlindungan darurat bagi para korban eksploitasi, dan membutuhkan pengumpulan data pekerja asing yang transparan dan terintegrasi,” katanya.
Sebelumnya, Kedutaan Besar Indonesia di Phnom Penh melepaskan lonjakan resmi dalam kematian warga Indonesia di Kamboja pada hari Kamis (24/4), mereka telah menangani 28 kasus kematian Indonesia.
“Angka ini naik 75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata kedutaan Indonesia di Kamboja.
Menurut laporan polisi dan rumah sakit di Kamboja, penyebab utama kematian Indonesia termasuk penyakit jantung dan 11 kasus atau 39 persen; diabetes dan kegagalan ginjal/hati 5 kasus atau 18 persen; Kanker, epilepsi, DHF dan kasus internon 4 lainnya atau 14 persen; HIV, AIDS, dan penyakit menular seksual 3 kasus atau 11 persen; kecelakaan, termasuk kecelakaan lalu lintas 3 atau 11 persen; dan Tuberkulosis dan Penyakit Paru -2 kasus atau 7 persen.
Kedutaan Besar Indonesia juga mencatat peningkatan yang signifikan pada orang Indonesia di Kamboja menjadi 174 persen dibandingkan tahun sebelumnya selama periode yang sama.
“Dan jika rata-rata, kedutaan Indonesia telah menangani sekitar 20-25 kasus baru setiap hari kerja,” kata kedutaan Indonesia di Phnom Penh.
(MAb/isn)