Jakarta, Pahami.id –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump Dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska pada 15 Agustus hari ini waktu setempat.
Pertemuan itu didesak oleh Uni Eropa (UE) karena AS tidak mengundang Ukraina pada pertemuan yang membahas perang.
Pertemuan di Alaska mengingatkan sejarah wilayah yang dimiliki oleh Rusia sebelum Amerika Serikat dibeli pada abad ke -19.
Alaska telah menjadi koloni Rusia sejak 1744. Semuanya dimulai pada 1725 ketika Tsar Peter Rusia mengirim Bering Vitus untuk menjelajahi pantai Alaska, daerah sumber daya asli yang kaya.
Rusia kemudian membangun keberadaan penjajah di sana, meskipun jumlah imigran tetap lebih dari 400.
Memasuki awal 1800 -an, Amerika Serikat mulai tumbuh ke barat dan berkompetisi dengan pedagang Rusia. Namun, kekalahan Rusia dalam Perang Krimea pada tahun 1856 melemahkan minat mereka di Alaska.
Pada tahun 1859, Rusia menawari Alaska ke Amerika Serikat untuk mengimbangi Inggris, kompetisi terbesar di Pasifik.
Rencana itu ditunda karena Perang Sipil Amerika, sampai Menteri Luar Negeri AS William Seaward menerima tawaran Rusia melalui diplomat Eduard de Stoeckl.
Keduanya setuju dengan penjualan Alaska pada 30 Maret 1867 untuk US $ 7,2 juta atau sekitar Rp116 miliar.
Senat AS menyetujui perjanjian pada 9 April 1867, dan Presiden Andrew Johnson menandatanganinya pada 28 Mei. Pengajuan resmi Alaska diadakan pada 18 Oktober 1867, menandai akhir kehadiran Rusia di Amerika Utara.
Awalnya, wilayah tersebut kurang peduli dan berada di bawah militer, Angkatan Laut dan Kementerian Keuangan.
Pemerintah sipil baru dibentuk pada tahun 1884, dan pembelian itu diberi label “Seward’s Stupidity”. Pandangan berubah ketika deposit emas besar ditemukan di Yukon pada tahun 1896, menjadikan Alaska pintu masuk ke ladang emas Klondike.
Alaska awalnya disebut Departemen Alaska, kemudian menjadi Distrik Alaska pada tahun 1884, dan Provinsi Alaska pada tahun 1912. Akhirnya, pada 3 Januari 1959, Alaska secara resmi adalah Amerika Serikat.
(Yesus/BAC)
