Berita Pilgub Jakarta 2024, Siapa Jadi Jawara Baru di Tanah Betawi?

by


Jakarta, Pahami.id

Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 hampir pasti diikuti tiga pasangan calon. Mereka adalah Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana.

Pramono-Rano mendapat dukungan dari PDIP dan Hanura. Sedangkan Ridwan Kamil-Suswono didukung 10 partai antara lain Golkar, PAN, Demokrat, NasDem, PKB, dan PKS. Lalu, Dharma-Kun merupakan calon independen atau perseorangan.

Lantas, siapa yang lebih unggul di antara mereka?


Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menilai secara umum dan berdasarkan perhitungan kertas, pasangan calon RK-Suswono dinilai jauh lebih siap menghadapi persaingan Pilkada kali ini.

Pertama, kata Dedi, mereka didukung mayoritas partai dengan struktur yang lebih matang. Keduanya juga dinilai mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Mesin politik mereka paling besar dengan struktur yang jauh lebih matang, ditambah dengan restu dan kedekatan aliansi dengan pemerintah, akan mempengaruhi kinerja kemenangan,” kata Dedi saat dihubungi, Selasa (3/9).

Kedua, Ridwan Kamil dinilai lebih populer dibandingkan kandidat lainnya. Popularitas Rano Karno nampaknya belum cukup mengalahkan Ridwan Kamil.

“Kalau dilihat dari tren dan momentum saat ini, Ridwan masih berpeluang lebih unggul,” ujarnya.

Dedi pun meyakini meski akan diikuti tiga paslon, namun hanya Pramono dan RK yang akan bersaing. Namun posisi PDIP akan semakin sulit akibat penurunan suara pada Pemilu Legislatif 2024.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta Bakir Ihsan mengamini pernyataan Dedi. Menurutnya, dua pasangan yang akan bertanding adalah Pramono dan Ridwan Kamil.

Pertama, kata Bakir, kedua pasangan ini memiliki basis partai yang biasanya mewakili basis massa. Oleh karena itu, kampanye melalui partai bisa lebih efektif.

Hanya saja, menurutnya RK sedikit lebih unggul. Pasalnya, elektabilitas mantan Gubernur Jawa Barat itu kini berada di posisi teratas berdasarkan beberapa survei karena Anies Baswedan gagal mencalonkan diri.

Sebaliknya, kata dia, secara sosiologis Pramono-Rano tidak bisa dianggap remeh. Keduanya mewakili etnis Jawa dan Betawi yang menempati mayoritas wilayah Jakarta.

Jadi keduanya bersaing ketat. Meski sekali lagi Pramono-Rano bergantung bagaimana memanfaatkan kekuatan yang ada, ujarnya.

Peluang dua putaran

Sementara itu, Direktur Eksekutif Aliran Survei Indonesia (ASI) Ali Rif’an menilai persaingan Pilkada DKI akan ketat, terutama antara RK dan Pramono. Ali mengungkapkan dua alasan.

Pertama, keduanya mewakili blok besar yakni Gabungan Indonesia Maju (KIM) Plus versus PDIP. Keduanya mendapat restu dari Jokowi. Artinya, kata Ali, pasangan calon yang paling bisa berhubungan dengan ‘yang paling mirip Jokowi’, akan mendapatkan keuntungan dari pemilu tersebut.

Namun Ali juga memasukkan faktor lain di Pilkada Jakarta mendatang, yakni dukungan Anies Baswedan. Karena itu, dia yakin pertarungan di DKI bisa dibaca sebagai pertarungan dukungan antara Jokowi dan Anies.

Meski begitu, ia mengaku tak terlalu optimistis Anies akan mendukung salah satu calon tersebut. Apalagi jika mereka sudah mewakili dukungan Istana.

“Kalau sama-sama mendapat restu dari Jokowi, analisis saya, Anies tidak akan mendukung siapa pun,” kata Ali, Selasa (3/9).

Ali meyakini partai yang paling berpeluang mendapat curahan dukungan pendukung Anies adalah RK-Suswono. Sebab, keduanya didukung PKS sebagai partai yang memiliki gap paling besar dengan Anies.

Namun jika RK-Siswono lekat dengan Jokowi dan Prabowo, maka pemilih Anies bisa saja beralih ke Pramono-Rano atau pasangan calon independen, ujarnya.

Ali membaca, Pilgub Jakarta 2024 akan berlangsung dua putaran. Apalagi, petahana tidak ikut serta dalam kontestasi ini.

Misalnya, ketika Anies bertanding, potensi Anies menang sangat besar karena selain sebagai petahana, Anies merupakan mantan calon presiden yang popularitasnya semakin meroket, ujarnya.

(thr/tsa)