Jakarta, Pahami.id –
Komandan Militer Junta Myanmar Min Aung Hlaing bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada hari Selasa (4/3).
Kedua pemimpin nasional membahas beberapa kerja sama di tengah isolasi dan sanksi dari negara -negara barat.
Melaporkan dari Reuters, Putin pada kesempatan itu berterima kasih kepada Min Aung Hlaing karena telah memberikan enam gajah kepada Moskow. Dia juga mempresentasikan perdagangan bilateral antara Rusia dan Myanmar tahun lalu mencatat pertumbuhan 40 persen.
“Hubungan antara negara kita tumbuh,” kata Putin, seperti yang disebutkan Reuters.
Rusia adalah salah satu pendukung dan pemasok senjata terkemuka untuk Myanmar. Jet tempur buatan Rusia digunakan oleh junte militer dalam serangan di daerah-daerah yang dikendalikan oleh kelompok etnis pro-demokratis.
Selama pertemuan, Putin dan Min Aung Hlaing menandatangani beberapa perjanjian, termasuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir kecil (PLTN) di Myanmar. Rosatom, sebuah perusahaan tenaga nuklir Rusia, mengatakan bahwa PLTN akan memiliki kapasitas 100 megawatt dengan kemungkinan tiga kali lipat.
Putin juga mengumumkan bahwa unit militer dari Myanmar akan terlibat dalam pawai militer di Moskow pada 9 Mei, menandai peringatan 80 tahun Perang Dunia Kedua di Nazi Jerman. Min Aung Hlaing juga akan hadir pada waktu itu.
Myanmar Junta terpapar konflik internal, dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil dan kelaparan di mana saja. Sepertiga dari 55 juta orang yang membutuhkan.
Rusia adalah salah satu negara pertama yang mendukung junta setelah tentara melakukan kudeta pada tahun 2021.
Myanmar dihapus dan dijatuhi hukuman berbagai sanksi oleh negara -negara Barat.
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan ada prospek yang baik untuk memperluas kerja sama mereka dengan Myanmar di daerah -daerah seperti pertanian, nuklir, transportasi dan infrastruktur.
“Meskipun ada pembatasan ilegal di Rusia dan Myanmar, perdagangan dan kerja sama ekonomi kami telah berkembang dengan sukses, dan perdagangan bersama terus tumbuh,” kata Mishustin, menurut kantor berita Interfax.
Menurut Mishustin, perusahaan Rusia berencana untuk berinvestasi di Zona Ekonomi Khusus Myanmar di Dawei.
Proyek Dawei yang telah lama berhenti di Laut Andaman bertujuan menjadi pusat utama untuk industri, teknologi, dan transportasi.
(RDS/BLQ)