Jakarta, Pahami.id —
Organisasi jurnalisme investigasi, Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP), buka suara terkait mekanisme penyusunan daftar finalis pemimpin paling korup di dunia, termasuk nama Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Dalam keterangan resminya, OCCRP menyatakan Jokowi masuk dalam daftar finalis berdasarkan hasil nominasi yang disampaikan masyarakat.
Dari proses pencalonan ini, terdapat lebih dari 55 ribu lamaran yang diterima OCCRP termasuk sosok yang dinilai publik korup. Jadi, berdasarkan pernyataan OCCRP, lembaga ini tidak punya kendali atas siapa yang dicalonkan.
“OCCRP tidak punya kendali atas siapa yang dicalonkan karena saran datang dari orang-orang di seluruh dunia. Termasuk pencalonan Presiden Indonesia (7) Joko Widodo atau yang dikenal dengan Jokowi,” tulisnya. OCCRPKamis (2/1).
“OCCRP mengajukan nominasi ‘finalis’ yang menerima dukungan online terbanyak dan memiliki dasar untuk dimasukkan,” lanjut agensi tersebut.
OCCRP menegaskan tidak ada bukti bahwa Jokowi terlibat dalam praktik korupsi demi keuntungan finansial pribadi saat menjabat sebagai presiden. Namun, badan tersebut mencatat bahwa kelompok masyarakat sipil dan para ahli mengatakan pemerintahan Jokowi “secara signifikan melemahkan komisi anti-korupsi Indonesia.”
“Jokowi juga banyak dikritik karena meremehkan lembaga pemilu dan peradilan Indonesia demi menguntungkan ambisi politik putranya, yang kini menjadi wakil presiden di bawah presiden baru Prabowo Subianto,” tulis OCCRP.
Penerbit OCCRP Drew Sullivan mengatakan panel hakim ahli menghargai nominasi yang diajukan oleh masyarakat, meskipun dalam beberapa kasus tidak cukup bukti langsung adanya korupsi atau pelanggaran yang dilaporkan.
“Namun, jelas ada persepsi yang kuat di masyarakat tentang korupsi dan ini harus menjadi peringatan bagi para calon bahwa masyarakat memperhatikan dan peduli. Kami juga akan terus memantau,” kata Sullivan.
Selama 13 tahun, OCCRP telah memberikan ‘penghargaan’ kepada sejumlah tokoh dunia yang ditentukan oleh panel hakim ahli yang terdiri dari masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalis dengan pengalaman luas dalam menyelidiki korupsi dan kejahatan.
Penghargaan “Person of the Year” pada tahun 2024 diputuskan untuk diberikan kepada Presiden Suriah Bashar Al Assad, yang tidak termasuk di antara orang-orang yang paling banyak dinominasikan.
Juri menilai peran Al Assad dalam mendestabilisasi Suriah dan kawasan melalui jaringan kriminal, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi menjadikannya pilihan utama.
Penghargaan ini menyoroti sistem dan aktor yang memungkinkan terjadinya korupsi dan kejahatan terorganisir, serta menjadi pengingat akan perlunya terus-menerus mengungkap ketidakadilan.
Dalam pernyataan yang sama, OCCRP juga menegaskan bahwa penghargaan yang diberikannya terkadang disalahgunakan oleh individu yang ingin memajukan agenda atau gagasan politiknya.
Meski begitu, tujuan dari penghargaan ini tunggal, yaitu menghentikan kejahatan dan korupsi.
“Kami akan terus menyempurnakan proses nominasi dan seleksi, memastikan transparansi dan inklusivitas. Selain itu, laporan kami akan tetap fokus pada dampak kandidat dan pihak lain yang melanggengkan kejahatan dan korupsi, menyoroti peran mereka dalam melemahkan demokrasi dan masyarakat di seluruh dunia. ,” tulis OCCRP.
Sebelumnya, Jokowi masuk dalam finalis pemimpin paling korup di dunia versi OCCRP.
OCCRP sebenarnya menobatkan Presiden Suriah Bashar Al Assad sebagai Person of the Year 2024 dalam Kejahatan Terorganisir dan Korupsi, namun ada lima tokoh lain yang masuk dalam daftar ini, salah satunya adalah Jokowi.
Empat tokoh dunia selain Jokowi antara lain Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Hasina, dan Pengusaha India Gautam Adani.
Kelimanya masuk sebagai finalis berdasarkan suara terbanyak dari masyarakat.
bantahan Jokowi
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) menanggapi laporan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang memasukkan namanya dalam daftar pemimpin paling korup di dunia.
Jokowi mengingatkan, saat ini banyak pihak yang menebar fitnah untuk mempengaruhi opini masyarakat. Menurut Jokowi, banyak fitnah yang dilakukan tanpa bukti.
“Sekarang banyak fitnah, banyak framing jahat, banyak tuduhan tanpa bukti. Itu yang terjadi sekarang kan,” kata Jokowi, Selasa (31/12).
Jokowi pun bertanya kembali soal tudingan korupsi yang dilontarkan padanya.
“Hehehe, apa itu korupsi? Apa itu korupsi? Apa itu sumber daya alam? Ya buktikan saja,” kata Jokowi.
(blq/baca)