depok, Pahami.id —
Sejumlah orang tua berniat mengeluarkan anaknya dari Sekolah Wensen Indonesia pasca dugaan wabah virus tersebut penganiayaan terhadap seorang anak berusia dua tahun di tempat kejadian penitipan anak yang.
Salah satu orang tua berinisial A, mengaku memiliki anak berusia 2 tahun 6 bulan yang baru dua minggu berada di taman kanak-kanak.
“Anak saya baru dua minggu di sini, sudah 5 atau 6 sesi, sekolahnya hari Selasa, Kamis, dan Jumat, kami sebagai orang tua juga panik,” kata A di depan Sekolah Wensen, Depok, Jawa Barat, Rabu. (31/7).
Dia bermaksud mengeluarkan putranya dari Sekolah Wensen menyusul dugaan insiden pelecehan.
“Yang pasti berhenti saja, saya sebagai kepala keluarga berhenti saja,” ujarnya.
Lebih lanjut, A mengaku juga khawatir anaknya juga ikut menjadi korban. Ia bercerita, saat pertama kali anaknya masuk Sekolah Wensen, ia selalu menangis.
“Anakku sendiri pertama kali datang ke sini sambil menangis, itu biasa saja, baru mengenal satu sama lain, aku tidak berpikir dalam hati, wah, apa yang terjadi dengan inner child itu? Baru saja sampai, itu saja. perasaan“Saya dari awal bilang ke istri saya, kenapa anak itu menangis setiap kali masuk, itu beritanya,” kata A.
Orang tua lain yang berinisial O juga berniat mengeluarkan anaknya dari Sekolah Wensen. Ia menceritakan, putranya yang berusia lima tahun baru lima hari aktif di Sekolah Wensen.
“Sekolahnya jam 7 sampai jam 11. Ya seperti sekolah biasa, tapi kadang ada karyawisata,” ujarnya.
Dijelaskannya, biaya masuk Sekolah Wensen sekitar Rp 3 juta untuk biaya masuknya dan biaya bulanan sekitar Rp 500 ribu.
“Itu juga yang ingin saya tanyakan apakah bisa dikembalikan, karena baru 5 hari saya menerima anak saya,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang anak berusia dua tahun diduga ditendang, dipukuli, dan juga ditikam di sebuah taman kanak-kanak di Depok, Jawa Barat. Apa yang dialami bocah kecil itu berdasarkan kisah sang ibu, RD.
RD mengaku baru mengetahui anaknya menjadi korban pada Rabu (24/7) setelah mendapat laporan dari seorang guru di sekolah.
Mendapat laporan tersebut, RD kemudian memeriksa rekaman CCTV di pusat perawatan tersebut. Alhasil, pada Senin (21/7) ia mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan.
“Setelah kami periksa memang ada bukti CCTV. Pada tanggal 10 Juni 2024, anak saya mendapat kekerasan berupa pukulan di beberapa bagian badan, kemudian ditendang di bagian perut hingga terjatuh, kemudian ditusuk di badan. kembali,” katanya.
Peristiwa itu dilaporkan ke Polres Depok.
(yo/gil)