Berita Muhammadiyah Sambut Gembira Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan

by


Jakarta, Pahami.id

Ketua PP muhammadiyah Anwar Abbas mendukung wacana Menteri Agama (Menag) tentang penerapan libur sekolah selama satu bulan di bulan puasa. Ramadan. Meski demikian, menurutnya, bukan berarti anak-anak tidak akan belajar jika sekolah diliburkan.

“Rencana Kementerian Agama untuk mengangkat anak di bulan puasa patut disambut baik agar anak-anak mengetahui bahwa bulan puasa adalah bulan suci yang harus dihormati, namun bukan berarti anak-anak tidak belajar dan tidak mampu. ke. pendidikan,” kata Anwar seperti dikutip. detikcomKamis (2/1).

Anwar meyakini anak-anak bisa mendapatkan pendidikan di masyarakat. Meski begitu, Anwar meminta pihak sekolah berperan aktif dalam memberikan arahan dan penilaian kepada anak-anak.


“Saya sangat setuju dengan gagasan Kementerian Agama selama sekolah aktif melalui media digital untuk memberikan arahan dan evaluasi kepada anak, orang tua dan masyarakat agar program tersebut benar-benar dapat berjalan dengan baik,” jelasnya.

Menurutnya, banyak jenis kecerdasan dan keterampilan yang bisa diasah selama libur Ramadhan ini, di antaranya adalah spiritual dengan shalat 5 waktu dan mengaji di masjid, melakukan kegiatan sosial seperti bersih-bersih masjid dan ibadah. lingkungan. , hingga seni dan budaya.

Jika wacana tersebut terlaksana, Anwar mendorong Kementerian Agama dan sekolah memberikan pedoman yang jelas agar dapat dipahami oleh siswa dan orang tua.

“Untuk tujuan, materi, metode, proses belajar mengajar serta cara mengevaluasi program ini, perlu diberikan pedoman oleh Kementerian Agama dan pihak sekolah dengan sebaik-baiknya agar program puasa ini benar-benar bermakna dan bermakna. hanya untuk anak-anak. Tapi juga bagi orang tua dan masyarakat serta sekolah,” ujarnya.

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar sebelumnya angkat bicara soal libur kuliah selama sebulan di bulan Ramadhan. Nasaruddin mengatakan, pesantren telah menerapkan libur sepanjang Ramadhan, namun pihak sekolah negeri dan swasta masih menunggu pengumumannya.

“Iya sebenarnya masyarakat Kemenag khususnya di pesantren sedang libur. Tapi sekolah lain masih kita diskusikan, tapi kita tunggu pemaparannya,” kata Nasaruddin kepada wartawan, di Monas, Senin (30/1). 12). ) malam.

Ia menjelaskan, yang terpenting selama Ramadhan adalah kualitas ibadah, bukan tutup atau tidaknya sekolah. Ditegaskannya lagi, wacana libur sekolah selama sebulan masih menunggu perkembangan.

Sebelumnya, Ketua Komisi

Wacana penangguhan anak sekolah selama satu bulan pada bulan puasa mempunyai potensi dampak positif dan negatif yang perlu dicermati secara matang, kata Hetifah kepada wartawan, Selasa (31/12).

Hetifah menjelaskan dampak positif dari libur panjang selama sebulan tersebut antara lain memberikan ruang bagi pelajar muslim untuk fokus beribadah.

“Mereka juga dapat memanfaatkan waktunya untuk mengkaji agama lebih dalam, mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan di masyarakat, atau mempererat hubungan kekeluargaan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Persaudaraan Cholil Nafis juga menilai wacana tersebut perlu dikaji lebih dalam karena tidak semua mahasiswa Islam perlu memperhitungkan produktivitas mahasiswa.

“Kalau pesantren bisa saja (libur sebulan di bulan Ramadhan) karena kurikulum dan masa belajarnya mungkin berbeda. Ada yang pesantren libur panjang, bahkan seminggu sebelum Ramadhan dan seminggu setelah Ramadhan. Hampir iya, 45 hari. liburan,” kata Cholil kepada wartawan. . Rabu (1/12).

“Tapi kalau untuk masyarakat umum, menurut saya perlu disesuaikan dengan kurikulum ya, kurikulumnya, toh tidak semua umat Islam. Tapi menurut saya, tergantung kajian mana yang lebih bermanfaat, tapi bukan liburan, tapi produktivitas. , “katanya.

Baca cerita lengkapnya di sini.

(tim/DAL)