Berita Kerusuhan Menyasar ke Umat Hindu, PM Sementara Bangladesh Buka Suara

by


Jakarta, Pahami.id

Perdana Menteri Sementara Bangladesh Muhammad Yunus angkat bicara mengenai kerusuhan yang konon mulai menyasar umat Hindu setelah negara itu dilanda kekacauan.

Dalam keterangan resminya, Yunus meminta rakyat Bangladesh memanfaatkan kemenangan tersebut setelah aksi protes mahasiswa berhasil menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina.


“Jangan biarkan kemenangan ini berlalu begitu saja karena kesalahan kami. Saya dengan tulus menghimbau semua orang untuk tetap tenang,” ujarnya seperti dikutip Penjaga.

Dia kemudian berkata, “Tolong jauhi segala bentuk kekerasan.”

Yunus kemudian meminta mahasiswa, anggota seluruh parpol, dan masyarakat yang tidak berpolitik untuk tetap tenang.

“Ini adalah negara kita yang indah dengan banyak kemungkinan menarik,” tambahnya.

Terorisme, katanya, adalah musuh rakyat Bangladesh. Yunus juga meminta untuk tidak membuat musuh lagi.

“Tetap tenang dan bersiap membangun negara,” kata Yunus.

Kekhawatiran semakin meningkat di Bangladesh setelah kerusuhan terus menyerang umat Hindu. Para penyerang menyasar tempat ibadah, rumah dan toko penganut agama tersebut.

Gambaran mengenai umat Hindu yang dibunuh oleh massa, kuil-kuil dibakar, dan penjarahan tempat usaha telah membanjiri media sosial di India.

Di Bangladesh, terdapat lebih dari 13 juta umat Hindu. Banyak dari mereka adalah pendukung Liga Awami.

Selama kerusuhan di Bangladesh, penyerang menargetkan pengikut Liga Awami.

Bangladesh berada dalam kekacauan setelah demonstrasi besar-besaran yang menuntut pengunduran diri Hasina bergema di seluruh negeri.

Para pengunjuk rasa berhasil menduduki Istana PM dan mencopot Hasina dari kursi kekuasaan.

Namun, demonstrasi berakhir ricuh ketika polisi melepaskan tembakan ke arah massa. Tercatat hampir 200 orang tewas dalam kerusuhan kali ini.

Setelah kursi PM kosong, para pengunjuk rasa meminta Yunus mengambil alih kekuasaan. Mereka tidak ingin Bangladesh jatuh ke tangan militer dan terjebak dalam sistem otoritarianisme atau fasisme.

(isa/bac)