Jakarta, Pahami.id –
Zohran Mamdani memenangkan pemilihan walikota New York, Amerika Serikat.
Mamdani memperoleh 50,5 persen suara dari 85 persen suara yang diperoleh berdasarkan penghitungan Associated Press (AP) pada Selasa (4/11).
Ia akan menjadi walikota Muslim pertama di New York City dan merupakan salah satu tokoh yang vokal mengkritik agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina. Hal ini membuatnya mendapatkan dukungan dari organisasi-organisasi Yahudi seperti bending the arc, aksi Suara Yahudi untuk Perdamaian (JVP), dan Yahudi untuk keadilan rasial dan ekonomi (JFREJ).
Masing-masing organisasi juga menentang peran Israel dalam perang di Gaza melalui pernyataan di situs mereka.
“Kami yakin Zohran adalah kandidat terkuat untuk itu, serta untuk semua masalah lain yang kami diskusikan,” kata direktur politik JFREJ Alicia Singham Goodwin setelah dia ditangkap saat protes bersama Mamdani, dikutip dari Al Jazeera.
Badan pemilu JFREJ, lembaga pemungutan suara Yahudi, telah mendukung Mamdani sejak ia pertama kali mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Negara pada tahun 2020.
Sejak itu, anggota JFREJ dan Mamdani bekerja, berkampanye, dan berdemonstrasi bersama.
Organisasi JFREJ juga berperan besar dalam menyebarkan pesan Mamdani dengan mengetuk pintu dan menghubungi pemilih Yahudi melalui telepon.
Sementara itu, tindakan JVP mewakili salah satu organisasi di antara kelompok pendukung Yahudi untuk Mamdani yang jumlahnya semakin meningkat, seperti JFREJ.
Aktor dan komedian Matt Ketai menyukai platform politik dan energi positif Mamdani.
“Saya percaya dengan siapa Zohran, saya suka prinsip dan idenya, dia sangat ingin menjadi Wali Kota New York City, jarang ada orang yang benar-benar ingin menjadikan kota ini lebih baik, saya tidak melihatnya pada politisi lain,” kata Ketai.
Selain itu, seorang pria Yahudi berusia 66 tahun dari Upper East Side Manhattan, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan ada sebagian besar komunitas Yahudi, pertama tentang Israel, kedua tentang Mamdani.
Ia kini mendukung Mamdani meski mendapat banyak kritik.
“Saya mendapat komentar kasar yang mendukung Mamdani, di sinagoga sisi timur, saya dengar mereka tidak merasa aman dan ingin pindah, padahal mereka tinggal di rumah yang harganya jutaan dolar, saya tidak tahu apa yang mereka takuti,” ujarnya, dikutip dari Mata Timur Tengah.
“Banyak orang Yahudi merasa muak dengan Islamofobia terang-terangan yang muncul, baik dari kalangan non-Yahudi maupun dari sebagian orang Yahudi sendiri.”
Ia menilai Mamdani menunjukkan upaya serius dalam membangun hubungan dengan komunitas Yahudi dan memahami bagaimana hidup sebagai minoritas di komunitas mayoritas Kristen.
“Saya yakin banyak orang Yahudi yang memilih Mamdani tapi memilih diam karena takut mendapat masalah,” ujarnya.
(RNP/BAC)

