Jakarta, Pahami.id –
Kementerian Sosial (Kementerian Sosial) menyatakan bahwa anak -anak jalan juga merupakan target utama untuk berpartisipasi dalam program Sekolah orang yang akan diluncurkan oleh pemerintah.
Sekretaris Pemulihan Sosial Kementerian Pertanian Supriadi Priatna ID Supriadi Priatna mengungkapkan bahwa kelompok anak -anak jalanan yang akan berpartisipasi dalam program ini, yang berasal dari data sosial ekonomi nasional (DTSEN) yang telah diintegrasikan dengan data pendidikan dasar (Dapodik).
Dalam hal ini, anak -anak jalanan dari Desil 1 dan Desil 2 atau kelompok termiskin di DTSEN adalah prioritas, terutama anak -anak yang tidak lagi direkam dalam alias dapodik di luar sekolah.
“Di Desil 1, ada kemiskinan yang ekstrem, sebagian besar waktu. Faktanya, anak -anak yang tidak mendaftar di dapodik juga merupakan prioritas di jalan mereka sendiri, yang tidak ada di sekolah,” kata Idit di Bandung pada hari Sabtu (5/7), sebagaimana disebutkan Di antara.
Untuk memilih program yang akan ditargetkan, Kementerian Sosial membuat tim bersama dengan layanan sosial lokal untuk langsung ke lapangan.
IDIT juga mengungkapkan lokasi Sekolah Rakyat Tetap yang selesai di Jawa Barat pada tahun 2025, salah satunya ada di Ciwidey, Bandung Regency.
“Apa yang siap, di antara tahun -tahun lainnya tidak salah di Kabupaten Bandung, di Ciwidey. Sekolah sementara (untuk distrik Bandung) sekarang berada di Jalak Harupat.
Program Sekolah Rakyat yang terdiri dari 100 unit akan beroperasi mulai 14 Juli 2025. Program ini adalah sekolah asrama yang menyediakan pendidikan gratis 100 persen untuk sekolah dasar, junior dan menengah.
Semua biaya pendidikan, akomodasi, dan kebutuhan dasar siswa ditanggung oleh pemerintah. Program ini adalah bagian dari kebijakan afirmatif pemerintah untuk memuliakan keluarga miskin dan mengembangkan akses ke pendidikan berkualitas untuk anak -anak dari kelompok ekonomi terendah.
Implementasi sekolah orang mengoordinasikan Kementerian Urusan Sosial. Sementara itu, perekrutan guru dilakukan oleh Badan Personalia Negara (BKN) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmin) dan Kementerian Agama (Kemenag).
Salah satu hal yang membedakan sekolah dari sekolah konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan pribadi.
Sekolah menerapkan sistem multi -masuk dan multi -ekstit, yang berarti siswa dapat masuk kapan saja tanpa harus menunggu tahun ajaran baru dan menyelesaikan pendidikan mereka sesuai dengan prestasi belajar mereka sendiri.
(SFR/SFR)