Jakarta, Pahami.id —
tentara Israel memberlakukan jam malam terhadap penduduk lima kota Suriah pada Minggu (8/12) menyusul kabar Presiden Suriah Bashar Al Assad dikabarkan meninggalkan negaranya.
Aturan tersebut berlaku untuk zona penyangga demiliterisasi Dataran Tinggi Golan yang diperintahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk direbut oleh tentara Israel.
“Demi keselamatan Anda, Anda harus tinggal di rumah dan tidak keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Letnan Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel, seperti dilaporkan AFP.
Hal ini terjadi setelah Netanyahu memerintahkan tentara untuk merebut zona tersebut, yang berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, setelah jatuhnya presiden Suriah.
Sementara itu, pemantau perang Suriah mengatakan Israel menargetkan gedung keamanan pemerintah di Damaskus dalam serangan mereka pada Minggu (8/12) atau beberapa jam setelah pemberontak menyerbu ibu kota.
“Serangan Israel menargetkan kawasan keamanan di Damaskus dekat bekas gedung rezim” termasuk markas intelijen, bea cukai dan militer, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris.
Pasukan Israel menyerbu perbatasan Suriah untuk pertama kalinya sejak tahun 1974 pada Minggu (8/12). Langkah Israel ini terjadi ketika Suriah dilanda kekacauan politik setelah Presiden Bashar Al Assad digulingkan oleh pemberontak.
Operasi militer Israel ini terjadi tak lama setelah Tel Aviv mengumumkan akan memperkuat kehadiran personelnya di tanah Suriah. Tindakan tersebut diambil sebagai respons terhadap kerusuhan yang sedang berlangsung di Suriah pasca penggulingan Presiden Bashar Al Assad.
Menurut surat kabar Maariv Israel yang dikutip oleh Al Jazeera, Israel mengatakan pihaknya mengerahkan pasukan melintasi perbatasan Suriah untuk mencegah tentara atau warga sipil negara tersebut mendekati “posisi Israel.”
Sedangkan Dataran Tinggi Golan masih menjadi sengketa antara Suriah dan Israel yang masih diduduki Tel Aviv.
(AFP/Kris)