Jakarta, Pahami.id –
Wanita masuk Sudan dilaporkan menjadi sasaran pemerkosaan dan pembantaian oleh pasukan dukungan cepat paramiliter (RSF).
Beberapa perempuan yang mengungsi dari kota El Fasher mengatakan bahwa perempuan tersebut menjadi korban pelecehan seksual, pembunuhan, dan harus menyaksikan anak-anak mereka diculik. Aksi brutal ini dilakukan RSF.
“Ada bukti kuat bahwa pemerkosaan sengaja dan sistematis digunakan sebagai senjata perang,” kata Anna Mutavati, direktur regional UN Women untuk Afrika Timur dan Selatan.
“Tidak ada ruang yang aman, tidak ada tempat yang aman bagi perempuan untuk mencari perlindungan atau mendapatkan akses paling dasar terhadap layanan psikososial,” katanya.
Sejak 26 Oktober, kota El Fasher telah dikuasai RSF setelah paramiliter menduduki wilayah Darfur. Orang-orang yang melarikan diri ke sana mengatakan warga sipil ditembak di jalan dan diserang dengan pesawat oleh RSF.
Menurut catatan PBB, sekitar 11 juta perempuan dan anak perempuan di Darfur mengalami kerawanan pangan akut akibat serangan RSF. Mereka juga mengalami kekerasan seksual ketika berusaha mencari makan.
Pada bulan ini, wilayah El Fasher dan Kadugli dinyatakan dilanda kelaparan parah akibat konflik di Sudan.
Sudan telah dilanda perang saudara selama beberapa tahun. RSF dan Angkatan Bersenjata Sudan saling berebut kekuasaan.
RSF dan tentara Sudan sebenarnya bekerja sama untuk menggulingkan pemerintahan transisi Abdalla Hamdok pada tahun 2021. Namun keduanya bentrok setelah RSF diminta diintegrasikan ke dalam tentara. Masing-masing pihak bersikeras menjadi pemimpin.
RSF berusaha menguasai wilayah strategis di Sudan, termasuk El Fasher di Darfur Utara.
Selama pengepungan, mereka kerap melakukan tindakan keji seperti pembantaian, penangkapan orang, bahkan penyerangan rumah sakit.
(BLQ/BACA)

