Maluku Tengah, Pahami.id –
Penduduk Negara Bagian SEPA, Distrik Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku memegang tradisi keturunan MengharapkanJumat (6/6) dimeriahkan oleh jas hitam dan tengkorak di sepanjang State Sepa Road.
Dalam tradisi tahunan yang selalu menunggu setiap 10 Zulhijah, mereka pergi ke desa sambil mengantarkan hewan pengorbanan.
Mereka berkumpul di Masjid Al-Falah Sepa, masjid tertua di Maluku pada pukul 14:00, kemudian memesan hewan pengorbanan di sekitar desa.
Sepanjang jalan, mereka mengguncang lensa ke udara sementara Dhikr dan menyanyikan lagu -lagu perjuangan Nabi Muhammad untuk memperingati tragedi Perang Karala.
Bentrokan itu, yang dikenal sebagai Hari Ashura, pecah di antara para pendukung cucu Nabi Muhammad dan pasukan Yazid Bin Muawiyah dari khalifah Umayyah.
Pada waktu itu, Husain menolak Yazid yang dianggap sebagai pemimpin yang merusak prinsip -prinsip Islam.
Pada waktu itu, Tentara Husain terdiri dari 128 orang termasuk kerabat di dekat Nabi Muhammad beberapa wanita dan anak -anak. Meskipun Tentara Yazid berjumlah 4 ribu hingga 30 ribu orang.
Bagi Muslim, mereka yang meninggal dalam pertempuran dianggap sebagai martir dan Husain memenangkan gelar Sayyid al-Syuhada.
Pembawa perjuangan Nabi Syaid Ahmad bin Syeh Abu Bakar mengatakan tradisi keinginan di sepa sedikit berbeda dari daerah lain.
Di desa Maluku, sebagian besar janji. Namun, di negara SEPA memiliki kisah unik yang berkaitan dengan tragedi karbala.
Berdasarkan kejadian ini, warga SEPA dari setiap 10 Zulhijah memegang tradisi pengorbanan di puncak Iduladha sambil menyanyikan lagu -lagu perjuangan Nabi dan melantunkan Dhikel yang berisi makna.
Salah satu peserta, Adam Sopalatu, mengatakan mereka sedang menunggu tradisi generasi. Dia mengatakan penduduk akan kalah jika mereka tidak mengikuti tradisi hewan pengorbanan yang diadakan setahun sekali.
Untuk mengikuti seluruh rangkaian acara Hadrat sampai akhir, setiap peserta diminta untuk menjaga kesehatan karena membutuhkan energi yang cukup sehingga mereka dapat mengelilingi lorong sambil mengguncang dan menyanyikan lagu -lagu perjuangan Nabi.
Selain itu, mereka juga mulai mempersiapkan peralatan harapan, seperti, setelan hitam, tengkorak hitam ke kaca hitam.
“Jika keinginan harus mengenakan setelan hitam, Black Skullcap, hanya semua hitam, karena tradisi ini sudah ada dari orang tua,” katanya.
Dia berharap bahwa tradisi tradisi sepa yang memupuk persahabatan antara warga sehingga dia bisa hidup dalam harmoni dan saling mencintai bisa menjadi agenda tahunan Kabupaten Maluku Tengah.
(SAI/CHRI)