Jakarta, Pahami.id —
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis menekankan pentingnya menjaga perkataan/lisan dalam komunikasi publik, khususnya khatib atau pejabat publik.
Hal itu diungkapkannya menanggapi khatib yang juga Utusan Khusus Presiden (UKP) Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pengembangan Sarana Keagamaan tersebut. Miftah Maulana Habiburrahman karena mengolok-olok penjual es teh yang berkeliaran di forum tilawah.
“Jangan tiru orang kaya kaya gitu gan..bodoh kalau ada yang jual, tandanya dia gak belajar sopan santun. Apalagi di muka umum ketika menuntut ilmu… Astaghfirullah,demikian petikan kalimat unggahan Cholil di akun X miliknya, Selasa (12/3) lalu.
“Mungkin niatnya bercanda tapi tidak lucu, mungkin niatnya mencairkan suasana tapi tidak sopan. Refleks tindakan spontan yang berubah menjadi penghinaan di depan umum. Mari kita renungkan untuk terus belajar etika dan belajar menghargai orang lain,” imbuhnya di postingan lain di akun X miliknya.
Pernyataan Miftah Maulana –dan viral– dinilai menyinggung sensitifitas masyarakat dan mendapat beragam reaksi dari masyarakat. Miftah sebelumnya sempat menyampaikan pidato di sebuah acara kontroversial, meski dalam perjalanannya ia meminta maaf atas ucapannya terhadap penjual es teh tersebut.
Cholil mengatakan permintaan maaf tersebut merupakan langkah yang baik, namun kejadian ini harus menjadi pembelajaran berharga bagi Miftah dan masyarakat umum, khususnya bagi pejabat publik.
“Beliau sudah minta maaf, ini pelajaran yang baik untuk beliau dan kita semua untuk menepati janji,” kata dia yang juga Ketua Syuriyah PBNU, Rabu (12/4).
Cholil Nafis menekankan pentingnya kesadaran dalam memilih kata saat menyampaikan materi, baik dalam situasi formal maupun santai, khususnya bagi seorang pejabat publik.
“Penting bagi kita semua untuk menjaga tutur kata, apalagi sebagai pejabat publik, tentu ini semakin meresahkan masyarakat,” kata Cholil.
Cholil Nafis berharap kejadian ini dapat memberikan semangat kepada semua pihak, khususnya pejabat publik dan tokoh masyarakat untuk lebih cerdas dalam berkomunikasi agar tidak menimbulkan ketersinggungan di kalangan masyarakat.
“Materi yang disampaikan harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang hadir, menyelesaikan masalah, bukan menambah,” ujarnya.
Dengan adanya peristiwa Miftah ini, kata dia, MUI juga mengajak seluruh masyarakat untuk selalu menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam bersosialisasi, baik di dunia maya maupun dunia nyata, guna menciptakan perdamaian dan keharmonisan di tengah keberagaman Indonesia.
“Kalaupun bercanda, tetap harus menjaga kepekaan orang. Karena sopan atau tidaknya kata-kata itu tetap dirasakan orang,” kata Cholil.
Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengatakan Presiden RI Prabowo Subianto sempat menegur Miftah usai mengolok-olok penjual es teh bernama Sunhaji di Magelang.
Presiden telah memberikan teguran kepada pihak-pihak terkait melalui Sekretariat Kabinet untuk segera meminta maaf kepada Pak Sunhaji yang mungkin terluka akibat kejadian kemarin, kata Hasan dalam keterangan videonya, Rabu (12/4).
Hasan mengatakan Miftah juga sempat mendatangi Sunhaji di Magelang, Jawa Tengah untuk meminta maaf secara langsung.
Ia berharap hubungan Miftah dan Sunhaji terus berjalan baik. Sunhaji pun ingin melihat Miftah melakukan tilawah di desanya, sebelumnya video Miftah mengolok-olok penjual es teh viral di media sosial. Ejekan itu ia lontarkan saat diminta membeli penjual es teh.
“Es teh Anda dingin, mungkin dingin atau tidak (apakah kamu masih punya banyak es teh)? tetap? Yo kono terjual (ya itu dijual di sana), bodoh Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, sial),” kata Miftah kepada penjual es teh dalam video tersebut.
(Antara/anak-anak)