Jakarta, Pahami.id —
Kekuatan pro-IslamRusia, orang Chechnya atau Chechnya, pernah menawarkan bantuan Palestina menentang invasi Israel ke Jalur Gaza.
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menawarkan pengiriman tentara sebagai penjaga perdamaian untuk memulihkan ketertiban.
“Kami mendukung Palestina dan kami menentang perang ini, yang tidak seperti konflik lainnya, dapat meningkat menjadi sesuatu yang lebih besar,” kata Kadyrov seperti dikutip. Waktu Moskow15 November 2023.
Dia kemudian melanjutkan, “jika diperlukan, unit kami siap bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian untuk memulihkan ketertiban dan melawan pembuat onar.”
Lantas, mengapa sampai saat ini pihak Chechnya tidak memberikan bantuan kepada Palestina?
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjelaskan bahwa Rusia telah menjalin hubungan baik dengan Palestina maupun Israel.
Peskov mengatakan, di satu sisi, Rusia memiliki hubungan sejarah yang panjang dengan Palestina. Namun di sisi lain, Rusia juga punya banyak kesamaan dengan Israel.
Terlebih lagi, banyak orang Rusia yang kini tinggal di Israel. Kebanyakan dari mereka adalah mereka yang beremigrasi dari bekas Uni Soviet.
“Kami memiliki hubungan historis yang panjang dengan Palestina, kami melanjutkan hubungan kami. Namun pada saat yang sama, kami juga memiliki hubungan dengan negara Israel, yang juga memiliki banyak kesamaan dengan kami,” kata Peskov.
Orang-orang Chechnya adalah kelompok milisi yang sangat pro-Rusia. Tentara setia Presiden Vladimir Putin ini telah ditugaskan dalam beberapa operasi militer Moskow seperti di Suriah dan Georgia.
Bahkan, pasukan Chechnya juga pernah dikerahkan dalam invasi Kremlin ke Ukraina.
Oleh karena itu, meskipun mereka ingin membantu Palestina, jika pemerintah Putin mengatakan sebaliknya maka tentara Chechnya pasti harus patuh.
Hubungan antara Rusia dan Israel kini berada pada titik terendah.
Israel dikatakan berusaha menjalin hubungan dengan Rusia di Suriah dan berhati-hati untuk tidak memusuhi Moskow mengingat kedekatan Kremlin dengan musuh bebuyutan Israel, Iran.
“Tidak pernah ada aliansi, melainkan pemahaman strategis. Kedua negara saling membutuhkan,” kata Vera Michlin-Shapir, mantan pejabat di dewan keamanan nasional Israel yang berspesialisasi dalam kebijakan luar negeri Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memperburuk hubungan antara Rusia dan Israel.
Banyak orang di Israel merasa sangat tidak nyaman dengan kerangka agresi Moskow. Moskow juga secara keliru membandingkan pemerintah Ukraina dengan Nazi Jerman, yang tentunya berdampak pada Israel.
Pada tahun 2022, beberapa pejabat Rusia menuduh Israel mendukung “rezim neo-Nazi” di Kyiv. Pernyataan tersebut dipicu oleh teori konspirasi yang dikemukakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa diktator Jerman, Adolf Hitler, memiliki darah Yahudi.
Komentar ini jelas menyinggung Israel. Israel menyebut pernyataan Lavrov “keterlaluan dan tidak dapat dimaafkan.”
(blq/baca)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);