Jakarta, Pahami.id –
Rusia menyatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan presiden Amerika Serikat Donald Trump Pada hari Jumat (28/2) adalah bukti bagaimana Zelensky tidak menginginkan perdamaian di Kyiv.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pertengkaran di kantor oval menunjukkan betapa sulitnya mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina.
“Apa yang terjadi di Gedung Putih jelas menunjukkan betapa sulitnya mencapai solusi di Ukraina,” kata Peskov, Senin (3/3), seperti yang dikutip Reuters.
“Rezim Kyiv dan Zelensky tidak menginginkan perdamaian, mereka ingin perang berlanjut,” katanya.
Menurut Peskov, kita harus menekan Zelensky sehingga dia ingin mengubah pendiriannya. Peskov tidak menyebutkan siapa yang dipertanyakan. Namun, dia menyiratkan bahwa “orang Eropa” harus menerima penghargaan jika dia bisa meyakinkan Zelensky.
“Sangat penting bagi seseorang untuk memaksa Zelensky untuk mengubah posisinya, seseorang harus membuat Zelensky menginginkan perdamaian, jika orang Eropa dapat melakukannya, mereka harus dihormati dan dipuji,” katanya.
Pertempuran mulut antara Zelensky dan Trump di kantor oval mengisap banyak perhatian. Alasannya adalah bahwa pertengkaran itu diterbitkan oleh media yang hadir di pertemuan tersebut.
Pada saat itu, Zelensky bertarung dengan Trump dan wakil presiden AS JD Vance. Trump dan Vance marah dengan Zelensky karena Presiden Ukraina tidak ingin berkompromi dengan Rusia untuk mengakhiri perang.
Trump dan Vance kemudian menyemprot Zelensky yang dianggap kasar dan tidak memiliki kendali saat ini.
Argumen seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, setelah debat panas, Zelensky dikeluarkan dari kantor tertinggi di Amerika Serikat.
Zelensky pergi tanpa menandatangani perjanjian di tanah mineral langka yang merupakan gol pertamanya ke Amerika Serikat.
Trump sebelumnya mengatakan dia ingin memiliki sumber mineral Ukraina sebagai imbalan atas bantuan AS sejauh ini dalam Perang Rusia Ukraina. Zelensky awalnya menolak karena dia pikir itu tidak sejalan dengan kepentingan negara Kyiv.
Namun, setelah ‘ditelan’, ia setuju untuk memberikan tanah Ukraina kepada Amerika Serikat dan akan menandatangani perjanjian dengan bertemu Trump di Kantor Oval. Namun, penandatanganannya hilang.
(BAC/BLQ)