Sudah hampir satu dekade sejak Sir Alex Ferguson pensiun dan hampir satu dekade sejak Manchester United merasakan lebih dari kesuksesan sesaat.
Tantangan gelar Liga Premier terakhir mereka datang di bawah Fergie, hadiah perpisahannya dalam bentuk tonggak sejarah gelar liga Inggris ke-20 – memperpanjang rekor mereka sendiri.
Bertahun-tahun sejak itu, United secara sporadis memenangkan kompetisi piala – Piala FA, Piala Liga, dan Liga Europa masing-masing satu kali – tetapi belum pernah hampir memenangkan dua trofi yang paling penting – Liga Premier dan Liga Champions.
Uang telah dihabiskan di pasar transfer dan beberapa pemain telah didatangkan baik dari sukses – Zlatan Ibrahimovic memiliki satu musim yang hebat, Bruno Fernandes tampaknya ditakdirkan untuk bertahan selama bertahun-tahun dan yang lain telah bermain dengan baik di tambalan – tetapi sebagian besar pendatang baru telah dan pergi (atau bertahan terlalu lama) tanpa akhirnya memperbaiki diri atau klub .
Masterstroke terakhir United di pasar transfer adalah penangkapan Robin van Persie pada 2012, faktor penentu dalam meninggalkan Manchester City dalam perburuan gelar 2012/13. Sejak itu, ada terlalu banyak kegagalan yang menghabiskan terlalu banyak uang. Sampai sekarang.
Bahkan hanya beberapa bulan dalam karirnya di United, Casemiro sudah menjadi rekrutan terbaik klub sejak Van Persie menyelesaikan peralihan kontroversial dari Arsenal untuk mencari trofi.
Kesepakatan Casemiro tampaknya muncul entah dari mana menjelang akhir musim panas ketika United gagal menyetujui kesepakatan dengan Adrien Rabiot, meskipun rekan internasional Fred kemudian mengisyaratkan bahwa itu telah dikerjakan setidaknya untuk sementara waktu. Tapi awalnya skeptis muncul mengapa Real Madrid bersedia melepaskannya, mengapa United membayar begitu mahal untuk pemain yang berusia 31 tahun musim ini, mengapa dia memilih klub yang memulai proyek pembangunan kembali baru dan apakah United hanya menjadi dibilas oleh seseorang yang berpotensi mencari kontrak besar terakhir dalam kariernya.
Butuh beberapa saat baginya untuk mendapatkan tempat di tim karena Erik ten Hag memastikan dia pertama kali menangani apa yang diharapkan, tetapi Casemiro dengan cepat menghilangkan semua kekhawatiran tersebut.
Dia telah memenangkan semuanya dengan Real Madrid berkali-kali dan komentar perpisahannya tentang terus mencari tantangan baru bukan hanya kata-kata kosong. Casemiro telah bermain dalam warna United dengan rasa lapar akan seorang pemain yang ingin membuktikan dirinya lagi.
Pemenang Liga Champions lima kali itu tidak dibeli untuk mencetak gol, tetapi sundulan yang menjulang tinggi di menit akhir melawan Chelsea pada bulan Oktober untuk menyelamatkan satu poin dari apa yang dia rangkum, menunjukkan mentalitas yang tidak pernah mati dan tekad untuk tidak pernah dikalahkan. Ini adalah semangat yang menjadi ciri tim-tim United selama hampir 30 tahun di bawah Ferguson, tetapi telah hilang sejak itu.
Casemiro hanya menjadi pemain pengganti ketika Manchester City menang 6-3 dalam derby awal musim ini, tetapi dia telah memulai setiap pertandingan Liga Premier sejak itu dan United terlihat jauh lebih baik karenanya. Dia membuat tim lebih solid, memberikan landasan bagi orang lain untuk tampil.
Setelah menilai skuad United di musim panas, Ten Hag menetapkan hatinya pada ‘nomor enam’ dan kini menyebut Casemiro sebagai ‘yang sempurna’.
“Dia telah menunjukkan banyak kepemimpinan dan keterampilan sepak bola,” kata sang bos kepada media klub pekan ini. “Dia menjaga kebersamaan tim dan kemudian dia juga sangat penting dalam permainan bola kami. Memenangkan bola dan memberikan bola kepada pemain yang tepat, seperti yang dia lakukan dengan gol ketiga [against Nottingham Forest].”
Untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, Manchester United mulai terlihat seperti diri mereka yang dulu lagi. Casemiro tidak akan menjadi berita utama jika dan ketika kesuksesan kembali ke Old Trafford, tetapi dia akan memungkinkan orang lain untuk melakukannya. Terkadang itu adalah hal yang paling penting.
