Site icon Pahami

Berita Indonesia Rawan Megathrust, Tetangga RI Ada yang Ikut Berisiko?

Jakarta, Pahami.id

Megadorongan menjadi perbincangan di Indonesia setelah beberapa daerah termasuk DKI Jakarta terancam risikonya gempa bumi daratan mengerikan di Selat Sunda.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kapusdatin BPBD) DKI Jakarta Mohammad Yohan mengungkapkan potensi dan risiko gempa megathrust di segmen Selat Sunda.


Gempa megathrust adalah gempa bumi sangat besar yang terjadi di zona subduksi, ketika salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng lainnya, demikian dikutip situs gempa Kanada.

Menurut Yohan, gempa yang berasal dari patahan megathrust bisa berkekuatan 8 hingga 9 magnitudo. Potensi tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi wilayah Jakarta dan sekitarnya.


Selain Selat Sunda, Indonesia mempunyai sejumlah titik zona megathrust. Diantaranya ruas Aceh-Andaman, ruas Nias-Simeulue, ruas Kepulauan Batu, ruas Mentawai Siberut, ruas Enggano, ruas Mentawai Pagai, dan ruas Jawa Barat.

Selain itu, Bali, beberapa titik di Pulau Jawa, Laut Banda, Sulawesi, dan Subduksi Lempeng Laut Filipina berpotensi terjadi gempa megathrust.

Indonesia memang menjadi salah satu negara yang rentan terhadap gempa termasuk megathrust karena berada di Cincin Api.

Lantas, adakah negara lain yang punya kelemahan serupa?

1. Thailand

Thailand menghadapi risiko gempa bumi dan tsunami karena lokasinya yang dekat dengan perbatasan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.

Thailand juga terletak di dekat pulau Sumatera, Indonesia.

Di pulau ini terdapat zona subduksi di sepanjang pantai barat dari Aceh hingga Lampung.

Gempa megathrust berkekuatan 9,2 terjadi di Sumatera dan juga mengguncang Thailand.

Dalam jurnal bertajuk On Tsunami RIsk Assessment for the West Coast of Thailand yang dirilis tahun 2006 disebutkan, gempa megathrust kemungkinan besar akan kembali terjadi di Thailand. Namun, dalam jangka panjang.

“Perkiraan periode ulang gempa berkekuatan 9,3 skala richter, serupa dengan gempa yang menyebabkan tsunami pada 26 Desember 2004, bervariasi antara 400 tahun menggunakan laju subduksi, dan 1.140 tahun menggunakan statistik seismik,” kata laporan mereka.

Berdasarkan penilaian tersebut, gempa bumi berkekuatan 9,1 skala richter di zona subduksi Sumatra dengan potensi dampak tsunami di Thailand kemungkinan besar tidak akan terjadi hingga setidaknya 400 tahun setelah gempa megathrust tahun 2004, lanjut laporan tersebut.

Namun, untuk gempa bumi berkekuatan 8 hingga 8,5 SR, siklus waktunya kurang dapat diprediksi.

Lanjutkan ke halaman berikutnya >>>



Exit mobile version