Jakarta, Pahami.id –
Korban luka akibat benturan gempa bumi Magnitudo 7,5 yang mengguncang utara Jepang Pada Senin (8/12) malam jumlahnya bertambah menjadi 30 orang.
Perdana Menteri Sanae Takaichi mengatakan 30 orang terluka dalam gempa di lepas pantai prefektur Aomori, pusat gempa. Guncangan gempa juga memicu gelombang tsunami setinggi 70 sentimeter di kawasan tersebut.
Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang melaporkan adanya korban jiwa termasuk satu orang yang mengalami luka serius di Pulau Hokkaido.
Rekaman menunjukkan retakan besar di beberapa jalan dan sebuah mobil terjun ke dalam lubang, sementara kaca dari jendela terkumpul di jalan dan trotoar.
Awalnya ada laporan beberapa kebakaran. Namun juru bicara pemerintah Minoru Kihara mengatakan pada Selasa (9/12) bahwa hanya satu kebakaran yang terkonfirmasi, yaitu sebuah rumah.
Di Hokkaido, seorang reporter AFP Tanah bergemuruh sekitar 30 detik, diiringi alarm peringatan gempa dari ponsel warga.
Daiki Shimohata, 33, seorang pegawai negeri di Hashikami, Prefektur Aomori, mengatakan kepada AFP bahwa dia dan keluarganya bergegas keluar rumah.
“Kami belum pernah merasakan guncangan sebelumnya, mungkin sekitar 20 detik,” ujarnya melalui telepon.
“Kami membawa anak-anak kami—seorang anak perempuan berusia dua tahun dan seorang anak laki-laki berusia satu tahun.
Sekitar 28.000 warga diminta mengungsi setelah gempa, menurut layanan darurat, sementara laporan media mengatakan beberapa tempat penampungan darurat sudah penuh.
Gempa terjadi saat Jepang menghadapi musim dingin dengan suhu mendekati titik beku. Sekitar 2.700 rumah di Aomori mengalami pemadaman listrik.
Namun pada Selasa pagi, listrik telah pulih di sebagian besar wilayah, dan kurang dari 40 rumah masih belum mendapatkan aliran listrik, menurut penyedia layanan.
Sementara itu, KBRI Tokyo melaporkan terdapat sekitar 969 WNI yang tinggal di episentrum gempa dan sekitarnya. Meski demikian, KBRI memastikan hingga saat ini belum ada WNI yang menjadi korban gempa tersebut.
“Jumlah WNI di Aomori diperkirakan sekitar 969 orang. Hingga saat ini, Selasa 9 Desember 2025 pukul 08.30 JST belum ada laporan WNI yang menjadi korban,” demikian bunyi keterangan KBRI Tokyo.
KBRI Tokyo telah mengeluarkan imbauan kepada WNI di Jepang untuk terus memantau situasi dan mengikuti instruksi yang diberikan otoritas Jepang, termasuk mempelajari jalur evakuasi; menyiapkan tas darurat; Siapkan dokumen penting dan uang tunai secukupnya, serta hubungi hotline KBRI jika memerlukan bantuan.
Layanan Kereta Peluru Shinkansen dihentikan di beberapa area sementara teknisi memeriksa kemungkinan kerusakan pada rel.
Tidak ada kelainan yang ditemukan di pembangkit listrik tenaga nuklir Higashidori di Aomori atau fasilitas Onagawa di prefektur Miyagi, kata operator Tohoku Electric Power.
PM Takaichi pada Selasa pagi mengimbau warga untuk tetap waspada.
“Tolong dengarkan informasi dari JMA atau pemerintah setempat sekitar seminggu ke depan, periksa apakah perabotan sudah terpasang dengan aman… dan bersiaplah untuk bergerak ketika Anda merasakan getarannya,” katanya.
(RDS)

