Site icon Pahami

Harga Memori Melejit Bisa Ancam Biaya Produksi Xiaomi di 2026 – Tekno

Harga Memori Melejit Bisa Ancam Biaya Produksi Xiaomi di 2026 – Tekno

Pahami.id – Harga komponen memori di pasar global menunjukkan tren kenaikan yang sangat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan laporan terbaru Counterpoint Research, lonjakan tersebut bukan hanya bersifat sementara, namun diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2026. Lembaga riset tersebut mengungkapkan, harga DRAM telah melonjak sekitar 50 persen sepanjang tahun ini, dan diprediksi akan mengalami kenaikan yang sama pada kuartal kedua tahun 2026.


Situasi ini menciptakan tekanan biaya yang signifikan bagi produsen perangkat elektronik, termasuk Xiaomi, yang bergantung pada harga memori yang stabil untuk menjaga daya saing harga perangkat di seluruh portofolio produknya. Bagi pembaca yang berminat, ada juga ulasan mendalam mengenai Xiaomi Hyperos dan ponsel Xiaomi seri terbaru yang bisa dijadikan referensi tambahan.


Dilansir dari Xiaomi Time, Kamis (20/11/2025), Counterpoint Research menjelaskan salah satu pemicu utama kenaikan harga tersebut adalah berkurangnya pasokan memori generasi lama.




Perusahaan besar seperti Samsung dan SK Hynix kini mengalihkan sebagian besar kapasitas produksinya ke chip memori yang lebih canggih, terutama memori berkinerja tinggi untuk perangkat berbasis AI.


Pergeseran fokus produksi ini menyebabkan stok memori LPDDR4 generasi lama menjadi lebih terbatas, meskipun memori jenis ini masih banyak digunakan pada perangkat elektronik kelas bawah dan menengah.


Keterbatasan pasokan ini juga mengakibatkan situasi harga terbalik, sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya. Data pasar spot menunjukkan harga DDR5 yang digunakan di PCS dan server saat ini berada di kisaran US$1,50 per gigabit.


Sebaliknya, memori LPDDR4 yang dianggap sebagai teknologi lama justru dijual dengan harga sekitar 2,10 dolar AS per gigabit. Artinya, komponen lama yang biasa ditemukan di ponsel murah kini lebih mahal dibandingkan memori kelas atas seperti HBM3E.


Akibatnya, produsen perangkat semakin kesulitan menekan biaya produksi karena komponen yang seharusnya lebih irit justru mengalami kenaikan harga yang drastis.


Ilustrasi ponsel Xiaomi. [Unsplash/c Trnh]

Selain faktor produksi, laporan ini juga menyoroti tantangan baru akibat keputusan NVIDIA untuk beralih ke memori LPDDR untuk sistem server generasi berikutnya. Biasanya, server beroperasi dengan memori DDR yang dilengkapi dengan koreksi kesalahan (ECC) untuk menjaga stabilitas sistem.


Namun, NVIDIA berencana meningkatkan efisiensi konsumsi daya dengan menggunakan LPDDR, sekaligus memindahkan proses koreksi kesalahan ke CPU.


Perubahan strategi ini berarti kebutuhan memori LPDDR Nvidia telah meningkat secara signifikan dan berada pada tingkat yang sebanding dengan permintaan dari produsen ponsel pintar global.


Situasi ini menambah tekanan besar pada rantai pasokan, karena LPDDR4 dan LPDDR5 sudah kekurangan pasokan sejak awal. Kombinasi dari meningkatnya permintaan dan kurangnya ketersediaan memperburuk situasi pasar memori secara keseluruhan.


Tekanan harga ini hampir pasti akan berdampak besar bagi seluruh produsen perangkat elektronik, khususnya di sektor smartphone.


Para analis memperkirakan bahwa perusahaan-perusahaan yang memproduksi ponsel pintar kelas bawah, yang masih sangat bergantung pada LPDDR4, akan menjadi pihak pertama yang merasakan dampak kenaikan biaya tersebut. Namun, pembengkakan biaya komponen dapat mempengaruhi semua kelas perangkat.


Untuk segmen menengah dan unggulan, laporan menunjukkan biaya Material (BOM) berpotensi meningkat lebih dari 25 persen. Bagi Xiaomi yang dikenal mampu menghadirkan perangkat bertenaga dengan harga agresif, situasi ini bisa menjadi tantangan tersendiri.


Perusahaan mungkin terpaksa menaikkan harga jual atau mencari langkah efisiensi tambahan dalam rantai pasokan, terutama untuk produk terbaru seperti Xiaomi 15 atau Redmi K Line yang dipasarkan secara global melalui seri POCO.


Namun, Xiaomi memiliki sejarah manajemen produksi yang cukup kuat. Jaringan pemasok jangka panjang dan sistem manufaktur yang terintegrasi memungkinkan perusahaan menyerap sebagian kenaikan biaya, sehingga dampaknya terhadap konsumen tidak terasa sekaligus.


Sebelumnya, Xiaomi telah menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan dinamika harga komponen, sehingga tidak menutup kemungkinan strategi yang sama akan kembali diterapkan.


Dengan harga memori yang diperkirakan akan naik 30 persen lagi pada akhir tahun 2025 dan tambahan 20 persen pada awal tahun 2026, produsen perangkat akan menghadapi beberapa keputusan sulit.


Beberapa perusahaan mungkin memilih untuk mengurangi kapasitas penyimpanan dasar, sementara yang lain akan merestrukturisasi harga produk untuk mempertahankan margin keuntungan.


Dari sisi konsumen, situasi ini dapat memperlambat siklus pembaruan perangkat karena harga ponsel berpotensi meningkat dan konsumen menjadi lebih selektif.


Produsen sistem operasi, termasuk Xiaomi melalui hyperos, mungkin akan menekankan fitur efisiensi seperti manajemen RAM yang lebih optimal untuk mengimbangi kenaikan biaya perangkat keras.



Exit mobile version