Site icon Pahami

Penyebab dan Upaya Pencegahan Eutrofikasi di Lingkungan Air – Sejarah

Penyebab Eutrofikasi – Halo Sobat Grameds, apakah kalian pernah mendengar berita mengenai kasus kematian ikan secara massal di suatu daerah? Sebenarnya, kalian sering mendengarkan berita itu melalui televisi maupun media sosial lainnya.

Kematian massal ikan (United States Fish and Wildlife Service/Public domain).

Perlu kalian ketahui, pada 2009 lalu pernah terjadi kematian ikan massal di Keramba Jaring Apung Danau Maninjau. Setelah kejadian tersebut, total kerugian yang dialami mencapai Rp 150 Miliar.

Fenomena ini sangat merugikan dan menjadi ancaman tersendiri bagi ekosistem perairan. Peristiwa tersebut disebut dengan eutrofikasi, yang sering kali menjadi masalah lingkungan di danau, waduk, sungai, dan laut.

Baca Juga: Memahami Rangkaian Hak dan Kewajiban terhadap Lingkungan.

Lantas, apa yang dimaksud dengan proses eutrofikasi? Apa penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari eutrofikasi? Bagaimana cara mengendalikannya?

Yuk, simak uraian mengenai definisi, penyebab, dan cara mengatasi proses eutrofikasi berikut ini hingga tuntas, ya!

Penyebab Eutrofikasi

Eutrofikasi yang terjadi di sungai dekat Chengdu, Sichuan, Tiongkok (Felix Andrews/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported license).

Eutrofikasi terjadi karena berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan limbah yang mencemari perairan. Beberapa penyebab utama eutrofikasi antara lain:

 

Perilaku peduli dan sikap ramah lingkungan tidak dapat terwujud dengan sendirinya, tetapi memerlukan pembinaan, pengetahuan, dan pemeliharaan. Peran pendidikan dalam hal ini sangat dibutuhkan.

Melalui pendidikan lingkungan, dapat diketahui seluruh permasalahan lingkungan dan berbagai upaya pencegahan maupun penanggulangan yang harus dilakukan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang lebih baik saat ini dan masa depan.

Pendidikan mengenai lingkungan tersebut dapat ditelaah lebih lanjut dalam buku berjudul Pendidikan Lingkungan: Sekelumit Wawasan Pengantar yang ditulis oleh Syukri Hamzah. Pendidikan tersebut nantinya dapat menyadarkan manusia mengenai bencana ekologis yang menanti dan setiap saat akan dapat terjadi, apabila  mereka tidak peduli dan bersikap tidak ramah terhadap lingkungan.

 

Keberlanjutan kehidupan manusia yang layak, nyaman, dan sejahtera saat ini dan masa depan ditentukan oleh cara manusia memperlakukan dan menyikapi lingkungan. Pendidikan lingkungan merupakan suatu keniscayaan yang tidak terpungkiri dalam hidup dan kehidupan manusia di jagad raya ini.

Proses Eutrofikasi

Eutrofikasi merupakan fenomena alami maupun antropogenik (berkaitan dengan aktivitas manusia), yang mengakibatkan peningkatan nutrisi di perairan, seperti sungai, danau, dan laut. Nutrisi ini biasanya berasal dari sumber-sumber seperti limbah industri, pertanian, peternakan, dan permukiman manusia.

Ledakan populasi alga di Danau Natron (NASA, STS-055 mission/Public domain in the United States).

Ketika nutrisi ini mencapai perairan, fitoplankton akan mengalami perkembangan yang pesat, sehingga menyebabkan alga berbahaya dapat berkembang biak dalam jumlah besar. Pertumbuhan alga yang berlebihan disebut dengan “blooming.

Fitoplankton memerlukan cahaya matahari dan nutrisi untuk tumbuh. Namun, ketika terdapat kelebihan nutrisi, mereka berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan biomassa yang lebih besar dari biasanya. Pada saat yang sama, fitoplankton yang mati akan terurai oleh bakteri yang menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi.

Hal itulah yang menyebabkan penurunan kadar oksigen di air, sebuah fenomena yang disebut dengan “hipoksia” atau “anoksia,” yang membahayakan kehidupan organisme lain di perairan tersebut.

Ada Berapa Jenis Eutrofikasi?

Para ahli membedakan eutrofikasi menjadi dua jenis, yaitu kultural dan alamiah.

Dampak Eutrofikasi

Dampak eutrofikasi terhadap ekosistem perairan sangat beragam dan sering kali merugikan. Beberapa dampaknya antara lain:

1. Penurunan Kualitas Air

Pertumbuhan alga berlebihan mengakibatkan air menjadi keruh dan berbau tidak sedap, sehingga mengurangi kualitas air yang cocok untuk berbagai keperluan, seperti sumber air minum, pertanian, dan industri.

2. Gangguan Ekosistem Perairan

Eutrofikasi dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan karena menyebabkan pergeseran komunitas organisme, termasuk ikan dan makhluk hidup air lainnya.

3. Menurunnya Kadar Oksigen

Pembusukan alga mati oleh bakteri mengurangi kadar oksigen di air, yang menyebabkan hipoksia dan kematian organisme air yang membutuhkan oksigen.

4. Meningkatnya Toksisitas

Beberapa jenis alga yang berkembang biak selama eutrofikasi menghasilkan toksin yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan yang terpapar.

5. Menurunnya Kehidupan Perikanan

Peningkatan alga berarti lebih sedikit cahaya matahari yang mencapai lapisan bawah air, sehingga mengurangi kemampuan tumbuhan air lain dan fitoplankton untuk bertahan hidup. Hal ini dapat mengurangi populasi ikan dan mengganggu rantai makanan perairan.

6. Gangguan Aktivitas Manusia

Eutrofikasi dapat memengaruhi kegiatan manusia yang menggantungkan hidupnya dari perairan, seperti rekreasi, pariwisata, dan produksi perikanan.

 

Secara umum, buku ini lahir dari suatu pergumulan dan pergulatan pemikiran yang panjang dalam rangka menjawab, sekaligus memahami secara lebih tepat mengenai penyebab sesungguhnya dari krisis dan bencana lingkungan hidup global yang hari-hari ini melanda dunia, termasuk Indonesia.

Upaya pencarian itu merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan, yang telah dimulai sejak penulisan buku Etika Lingkungan sampai dengan buku Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global dan terus berlanjut hingga penulisan buku berjudul Filsafat Lingkungan Hidup: Alam sebagai Sebuah Sistem Kehidupan Bersama Fritjof Capra ini.

Pencarian mengenai penyebab dari berbagai krisis dan bencana lingkungan hidup global pada tataran filosofis akan membawa kita ke tahap yang paling dalam, yaitu menyangkut peninjauan kembali cara pandang manusia tentang realitas di sekitarnya maupun hakikat alam semesta ini.

Upaya Pengendalian Eutrofikasi

Pengendalian eutrofikasi merupakan suatu tantangan yang kompleks dan memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan eutrofikasi antara lain:

1. Pengelolaan Limbah Industri dan Pertanian

Salah satu penyebab utama eutrofikasi adalah limbah industri dan pertanian yang mengandung nutrisi berlebih seperti nitrogen dan fosfor. Untuk mengurangi beban nutrisi yang masuk ke perairan, pihak perusahaan maupun para petani perlu menerapkan sistem pengelolaan limbah yang efisien. Tindakan ini termasuk pengolahan limbah sebelum dibuang ke perairan, penggunaan teknologi pengurangan limbah, dan penerapan praktik pertanian berkelanjutan.

2. Pemanfaatan Kembali Air Limbah

Air limbah yang dihasilkan oleh industri dan permukiman dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan irigasi pertanian, pengairan taman, dan proses produksi industri tertentu. Dengan memanfaatkan kembali air limbah, beban nutrisi yang masuk ke perairan dapat dikurangi.

3. Penggunaan Pupuk yang Bijaksana

Penggunaan pupuk dalam sektor pertanian harus diatur dengan bijaksana. Para petani perlu menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman dan menghindari penggunaan berlebihan, yang dapat menyebabkan leaching nutrisi ke perairan. Selain itu, petani juga dapat beralih ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.

4. Pengelolaan Sistem Drainase

Sistem drainase di daerah pertanian dan perkotaan harus dikelola dengan baik untuk mengurangi aliran nutrisi ke perairan. Peningkatan sistem drainase yang efisien dapat membantu mengurangi erosi tanah dan mengendalikan aliran limbah ke perairan.

5. Penggunaan Senyawa Flokulan

Penggunaan senyawa flokulan seperti aluminium sulfat dapat membantu mengendalikan eutrofikasi. Senyawa ini membantu menggumpalkan partikel-partikel mikroorganisme dan limbah dalam air, sehingga dapat diendapkan dan diangkat dari perairan.

6. Pengendalian Pertumbuhan Alga dengan Penggunaan Ikan Herbivora

Penggunaan ikan herbivora, seperti ikan mola dan ikan nila, dapat membantu mengendalikan pertumbuhan alga berlebihan. Ikan-ikan ini memakan alga sebagai makanan utama, sehingga dapat mengurangi jumlah alga di perairan.

7. Rehabilitasi Ekosistem Perairan

Rehabilitasi ekosistem perairan yang telah terkena dampak eutrofikasi juga merupakan upaya penting. Hal ini dapat dilakukan melalui penghapusan alga berlebihan, penanaman vegetasi air, dan pengenalan spesies organisme air lain yang dapat membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem.

8. Kampanye Kesadaran Lingkungan

Kampanye kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga kualitas perairan dan mengurangi pencemaran nutrisi. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, diharapkan akan ada partisipasi lebih aktif dalam upaya pengendalian eutrofikasi.

9. Penerapan Kebijakan dan Peraturan Lingkungan

Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan dan peraturan yang ketat terkait pengelolaan limbah dan penggunaan sumber daya alam. Kebijakan ini harus mendorong praktik berkelanjutan di sektor industri, pertanian, dan permukiman.

10. Riset dan Inovasi

Riset dan inovasi dalam bidang pengendalian eutrofikasi juga sangat penting. Perkembangan teknologi dan metode baru dapat membantu dalam pengendalian eutrofikasi secara lebih efektif dan efisien.

 

Buku yang ditulis oleh Andri G. Wibisana berjudul Penegakan Hukum Lingkungan Melalui Pertanggung Jawaban Perdata ini merupakan referensi pertama kali di Indonesia yang menuliskan secara komprehensif tentang pertanggungjawaban perdata strict liability.

Buku ini sangat penting bagi akademisi dan praktisi hukum (termasuk hakim) untuk memahami dengan benar konsep maupun penerapan strict liability di Indonesia dan di berbagai negara. Andri G. Wibisana sebagai seorang akademisi hukum sangat kompeten menulis topik strict liability dikarenakan sejak tahun 1997 telah melakukan penelitian tentang konsep ini.

Kelebihan buku ini mencakup tiga hal, yaitu kedalaman penelitian tentang konsep strict liability, analisis dari penerapannya melalui kajian putusan pengadilan, dan kedalaman kajian perbandingan tentang konsep maupun penerapannya. Strict liability di dalam buku ini memang ditulis dalam konteks hukum lingkungan, tetapi tidak berarti hanya bermanfaat dalam lingkup hukum lingkungan saja karena meliputi bidang-bidang hukum publik lainnya.

Kesimpulan

Eutrofikasi adalah masalah lingkungan yang memerlukan perhatian serius dan upaya kolaboratif dari semua pihak terkait. Melalui pengelolaan limbah yang bijaksana, penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas perairan, kita dapat mengendalikan eutrofikasi dan menjaga keseimbangan ekosistem perairan untuk masa depan yang lebih baik.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah eutrofikasi adalah mengelola limbah industri dan pertanian, memanfaatkan kembali air limbah, menggunakan pupuk secara bijaksana, mengelola sistem drainase, menggunakan senyawa flokulan, mengendalikan pertumbuhan alga dengan menggunakan ikan herbivora, rehabilitasi ekosistem perairan, mengampanyekan kesadaran lingkungan, menerapkan kebijakan dan peraturan lingkungan dan melakukan riset dan inovasi.


Itulah artikel terkait “Penyebab Eutrofikasi” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

FAQ

Apa penyebab eutrofikasi?

Limbah pabrik dan industri, limbah peternakan, limbah domestik dan komunal, detergen, pupuk dan pestisida, erosi tanah, dan aktivitas wisata.

Bagaimana proses terjadinya eutrofikasi?

Eutrofikasi terjadi secara alami maupun antropogenik (berkaitan dengan aktivitas manusia), yang mengakibatkan peningkatan nutrisi di perairan, seperti sungai, danau, dan laut.

Apa dampak eutrofikasi?

Penurunan kualitas air. Gangguan ekosistem perairan. Menurunnya kadar oksigen. Meningkatnya toksisitas. Menurunnya kehidupan perikanan. Gangguan aktivitas manusia.

Bagaimana mencegah eutrofikasi?

Mengelola limbah industri dan pertanian. Memanfaatkan kembali air limbah. Menggunakan pupuk secara bijaksana. Mengelola sistem drainase. Menggunakan senyawa flokulan. Mengendalikan pertumbuhan alga dengan menggunakan ikan herbivora. Rehabilitasi ekosistem perairan. Mengampanyekan kesadaran lingkungan. Menerapkan kebijakan dan peraturan lingkungan. Riset dan inovasi.

Rujukan

Penulis: Fandy Aprianto Rohman.

Exit mobile version