Tahukah kamu kalau Masjid Raya Baiturrahman yang saat ini menjadi destinasi utama di Aceh merupakan peninggalan Kerajaan Samudera Pasai?
Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar di Indonesia. Kerajaan ini memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi perkembangan Islam di Indonesia. Bukti-bukti keberadaan dan kejayaannya ini dapat kita ketahui melalui beberapa peninggalannya. Selain Masjid Raya Baiturrahman, masih ada banyak peninggalan Kerajaan Samudera Pasai lainnya, lho!
Lalu, ada apa saja sih, peninggalan Kerajaan Samudera Pasai ini? Yuk, langsung simak penjelasan berikut baik-baik!
Masjid Raya Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama dan paling terkenal adalah Masjid Raya Baiturrahman. Masjid peninggalan Kerajaan Samudera Pasai ini merupakan simbol keagamaan dan budaya masyarakat Aceh. Oleh karena itu, bangunan ini menjadi landmark Kota Banda Aceh.
Dan kamu tahu tidak sih, Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu bangunan yang selamat dari bencana Tsunami Aceh pada tahun 2004 silam, lho. Bangunannya yang kokoh membuat bangunan ini tetap berdiri tegak walau dilanda tsunami.
Makam Sultan Malik Al-Saleh
Terdapat beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang berupa makam atau nisan sultan dengan bentuk yang indah. Yang pertama adalah makam Sultan Malik Al-Saleh. Sultan Malik Al-Saleh merupakan pendiri sekaligus raja Kerajaan Samudera Pasai pertama. Makam yang juga bisa kenal dengan sebutan Marah Silu ini bertuliskan tahun 1297 Masehi di dalamnya. Dengan tulisan tahun tersebut, para ahli mempercayai bahwa makam ini adalah makam tertua yang ada di Indonesia.
Makam Sultanah Nahrasiyah
Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai selanjutnya juga merupakan makam, yaitu makam Sultanah Nahrasiyah. Sultanah Nahrasiyah adalah ratu pertama yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai. Beliau memimpin kerajaan dengan arif dan bijaksana. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya, penyebaran Islam menjadi semakin cepat dan dapat mencapai masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai.
Makam Sultanah Nahrasiyah terbentuk dari pualam yang berasal dari Gujarat, India dan dinding makamnya penuh hiasan kaligrafi berbahasa Arab. Dengan bentuk yang megah dan indah ini, makam ini menjadi salah satu destinasi sejarah dan religi yang berada di Aceh.
Lonceng Cakra Donya
Selain makam sultan dan sultanah kerajaan, terdapat peninggalan Kerajaan Samudera Pasai lainnya. Salah satunya adalah Lonceng Cakra Donya. Peninggalan ini merupakan sebuah hadiah dari Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming pada kunjungannya ke Nusantara.
Lonceng peninggalan Kerajaan Samudera Pasai ini berfungsi sebagai penanda bahaya dan aba-aba perang. Kemudian, lonceng ini beralih fungsi menjadi penanda waktu Adzan. Letaknya pun berubah, dari yang sebelumnya berada di kapal perang Cakra Donya ke depan Masjid Raya Baiturrahman.
Dirham Samudera Pasai
Setelah itu, ada dirham Kerajaan Samudera Pasai. Dirham merupakan koin yang terbuat dari emas yang berlaku sebagai mata uang pada masa Kerajaan Samudera Pasai. Dirham ini pertama kali muncul saat kerajaan berada di bawah pemerintahan raja kedua Samudera Pasai, yaitu Sultan Muhammad Malik Al-Zahir. Mengingat Samudera Pasai merupakan pusat perdagangan, penggunaan mata uang dirham ini pun menjadi semakin luas, hingga ke para pedagang Malaka.
Nah, itulah beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai. Selain keempat bentuk peninggalan di atas, terdapat peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang berupa buku dan hikayat. Hikayat ini menceritakan kisah para sultan Samudera Pasai.