Tahukah kamu kalau dalam memahami sejarah, kamu harus menerapkan cara berpikir khusus? Terdapat cara berpikir sejarah yang parah ahli gunakan untuk dapat menelaah dan mempelajari kejadian-kejadian sejarah. Secara garis besar, cara berpikir ini terbagi menjadi dua konsep, yaitu sinkronik dan diakronik.
Nah, apa sih pengertian dari kedua konsep berpikir tersebut? Dan apa perbedaannya?
Daripada penasaran, yuk langsung simak penjelasan berikut dengan baik!
Cara Berpikir Sinkronik
Yang pertama adalah cara berpikir sinkronik. Secara bahasa, sinkronik berasal dari kata syn, yang berarti dengan, dan kronos, yang berarti waktu. Maka dapat kita simpulkan bahwa cara berpikir sinkronik adalah berpikir secara luas secara ruang, namun terbatas secara waktu. Jadi ketika menerapkan cara berpikir ini, kita terfokus kepada peristiwa-peristiwa sejarahnya saja.
Adapun ciri-ciri berpikir sinkronik yaitu sebagai berikut.
Bersifat Horizontal
Yaitu kajiannya melebar dalam satu waktu. Pembahasannya berupa peristiwa yang terjadi di waktu tersebut.
Kajian Cenderung Lebih Sempit
Berpikir sinkronik biasa kita gunakan dalam mengkaji pembahasan yang lebih sempit, karena kajiannya terbatas oleh waktu.
Fokus Pada Satu Hal
Selanjutnya, pada berpikir sinkronik, kita fokus pada satu hal. Sehingga, pembahasan menjadi lebih mendalam dan terstruktur. Contoh kajiannya yaitu hal-hal yang mempengaruhi suatu peristiwa bersejarah.
Contohnya yaitu saat menganalisis kejadian tahun 1998. Kita akan membahas peristiwa serta gambaran-gambaran sosial serta politik yang ada pada masa itu.
Selain dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah, cara berpikir sinkronik juga berguna dalam penelitian ilmu sosial.
Cara Berpikir Diakronik
Selanjutnya adalah cara berpikir diakronik. Diakronik berasal dari Bahasa Yunani dia, yang berarti melampaui, dan kronos, yang berarti waktu. Sehingga berpikir secara diakronis adalah berpikir luas dan melampaui batas waktu. Konsep berpikir diakronis sangat berkaitan dengan konsep berpikir kronologis.
Ciri-ciri berpikir secara diakronik yaitu sebagai berikut.
Bersifat Vertikal
Yaitu berarti setiap kejadian terjadi secara runtut dalam satu garis waktu yang sama.
Kajian Lebih Luas
Berbeda dengan sinkronik, berpikir secara diakronik memiliki pembahasan yang lebih luas. Hal ini karena diakronik tidak terbatas oleh satu waktu saja.
Mengkaji Secara Urutan Waktu
Dan selanjutnya, dalam berpikir secara diakronik, kita mengkaji peristiwa secara urut, dari awal hingga akhir.
Contoh cara berpikir diakronik kita lakukan saat menganalisis peristiwa kemerdekaan Indonesia secara runtut, dari awal hingga akhir.
Nah, itu dia pembahasan dua cara berpikir sejarah, yaitu sinkronik dan diakronik. Kedua konsep berpikir tersebut sering kita gunakan secara bersamaan untuk mendapatkan analisis sejarah yang lebih lengkap dan akurat.