Agama Budha yang masuk ke Indonesia sejak abad ke 2 Masehi telah banyak mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia serta mengubah kepercayaan penduduk Indonesia yang awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Sidharta Gautama. Agama Budha telah meninggalkan beberapa bangunan bernilai historis tinggi berupa candi-candi yang kini tersebar di Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Candi merupakan salah satu jenis karya seni tiga dimensi yang digunakan untuk tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru, sehingga seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi biasanya merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Buddha.
Bangunan candi sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau memuliakan Buddha. Selain itu, Istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs purbakala non-religius dari masa Buddha Indonesia klasik juga disebut dengan istilah candi.
Ciri-ciri candi Budha yaitu:
- Adanya stupa pada puncak candi, seperti seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama/ Bhiksu Buddha terkemuka/ keluarga kerajaan penganut Buddha,
- Adanya arca Buddha Gautama
- Adanya relief yang mengisahkan ajaran agama Budha
- Bentuk bangunan bertingkat dan cenderung tambun
- Fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan
- Struktur candi terbagi menjadi 3 yaitu kamadatu, rupadatu dan arupadatu
- Pada pintu candi terdapat Kala dengan mulut menganga dengan makara ganda di masing – masing sisi pintu tanpa rahang bawah.
- Candi utama berada di tengah candi-candi kecil, seperti Candi Borobudur
Berikut ini adalah beberapa candi peninggalan agama Budha di Indonesia :
- Candi Borobudur
Candi Borobudur adalah candi peningalan agama Budha dan termasuk salah satu dari 7 keajaiban dunia. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah, kurang lebih 100 km arah Barat Daya kota Semarang atau 40 km arah Barat Laut kota Yogyakarta dan 86 km di sebelah barat Surakarta. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800 Masehi masa pemerintahan wangsa Syailendra dari kerajaan Mataram.
Candi Borobudur berbentuk punden berundak dengan 6 tingkat bagian bawah berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat bagian atas berbentuk bundar melingkar. Di puncak candi, ada sebuah stupa utama yang teletak di tengah sekaligus memahkotai candi dan dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Candi Borobudur merupakan batu yang dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha dan sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia sesuai ajaran agama Buddha. Kini, Candi Borobudur juga digunakan sebagai tempat wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
- Candi Mendut
Candi dengan tinggi bangunan 26,4 meter ini terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Letak candi berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur dan diperkirakan dibuat pada masa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. J.G. de Carparis seorang arkeolog Belanda menemukan jejak keberadaan candi ini pada tahun 1908.
Di dalam Prasasti Karangtengah, disebutkan bahwa Raja Indra membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Candi ini dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan, seperti bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Candi yang terbuat dari batu bata dengan penutup batu alam ini terletak pada sebuah basement yang tinggi.
Tangga naik dan pintu masuk candi menghadap ke barat-daya; atap candi bertingkat tiga dan dihiasi dengan 48 stupa-stupa kecil; bagian atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Di bagian depan Arca Buddha, terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa yang melambangkan Buddha; sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi. Relief-reliefnya yaitu berbentuk ukiran Rrahmana dan seekor kepiting; angsa dan kura-kura; Dharmabuddhi dan Dustabuddhi dan dua burung betet yang berbeda.
Baca juga:
- Candi Ngawen
Candi Ngawen yang terletak di desa Ngawen, Magelang, dibangun pada masa kekuasaan wangsa Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini terdiri dari dua candi kecil yang dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Relief di sisi candi terdapat ukiran Kinnara, Kinnari dan kala-makara. Candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 zaman Kerajaan Mataram Kunoa sekitar tahun 824 M.
- Candi Lumbung
Candi Lumbung yang dibuat pada abad ke-9 Masehi di masa Kerajaan Mataram Kuno ini berada di sebelah candi Bubrah, Klaten. Candi Lumbung merupakan kumpulan dari suatu kompleks candi utama bertema Buddha yang dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus dan banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara.
- Candi Banyunibo
Candi Banyunibo dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke-9 M dan terdapat sebuah stupa di bagian atasnya yang menjadikan ciri khas dari candi bercorak Buddha. Candi Banyunibo yang berarti air jatuh menetes (dalam bahasa Jawa) terletak di sebelah timur kota Yogyakarta dan berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko. Ciri-ciri dari terdapat ukiran relief kala-makara. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.
- Candi Muara Takus
Candi Muara Takus yang terbuat dari batu sungai, batu pasir dan batu bata ini terletak di Desa Muara Takus, Riau, tepatnya di 134 km dari arah Barat kota Pekanbaru. Di dalamnya, terdapat beberapa bangunan candi yaitu Candi Sulung/ Tua, Bungsu, Mahligai dan Palangka. Para pakar belum dapat menentukan secara pasti kapan candi didirikan, tetapi candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya.
Kompleks candi tertua di Sumatera ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dan tembok tanah sebesar 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan, Riau. Candi ini dicalonkan untuk menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2009
- Candi Brahu
Candi Brahu yang didirikan abad ke 15 Masehi ini dibangun dengan gaya dan kultur Buddha. Candi peninggalan agama Budha ini digunakan sebagai krematorium jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Candi ini merupakan salah satu candi yang terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, yang berada satu kompleks vihara dengan Patung Buddha Tidur, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sejarah patung buddha tidur pun tak berbeda jauh dengan sejarah candi brahu.
Candi yang berasal dari kata wanaru atau warahu dibangun dengan batu bata merah, menghadap ke arah barat dengan panjang sekitar 22,5 m, lebar 18 m dan ketinggi 20 meter. Di sekitar candi ini terdapat candi-candi kecil, yaitu Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong.
- Kompleks Percandian Batujaya
Kompleks Percandian Batujaya merupakan kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Ciri-ciri percandian ini hanya ditemukan bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan. Candi-candi yang sebagian besar berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit.
Artikel Terkait:
- Candi Sumberawan
Candi Sumberawan hanya berupa stupa kaki dan badan ini terletak di Desa Toyomarti, Kecamatan Singosari, Malang dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini dibuat dari batu andesit dengan panjang 6,25 m, lebar 6,25 m dan tinggi 5,23 m dan dibangun pada ketinggian 650 mdpl, di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini dikelilingi sebuah telaga yang sangat bening airnya, sehingga candi ini sering disebut Candi Rawan.
Di atas kaki candi ini berdiri stupa berbentuk bujur sangkar, segi delapan dengan bantalan Padma, dan bagian atasnya berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang. Diperkirakan candi ini dahulu memang didirikan untuk pemujaan. Bentuk stupa candi ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.
- Candi Sewu
Candi Sewu (Manjusrughra) merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur yang berada di dalam kompleks Candi Prambanan. Candi Sewu diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784) abad ke-8. Di dalam candi sebenarnya hanya terdapat 249 candi, namun karena legenda Roro Jonggrang, candi ini dinamakan candi sewu (seribu) karena jumlah candi yang sangat banyak. Kompleks Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.
Berdasarkan Prasasti Kelurak dan Prasasti Manjusrigrha, nama asli candi ini adalah ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Prasada ini artinya candi atau kuil, sedangkan Vajrajasana artinya tempat Wajra (intan atau halilintar) bertakhta, sedangkan Manjusri-grha artinya rumah Manjusri, salah satu Boddhisatwa dalam ajaran buddha.
- Candi Kalasan
Candi Kalasan (Candi Kalibening) merupakan sebuah candi yang dikategorikan sebagai candi umat Buddha di desa Kalasan, Sleman, Yogyakarta Candi yang memiliki 52 stupa ini dibangun untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan dibangun untuk Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra pada tahun 778 M. Candi setinggi 24 m dengan pondasi berbentuk Greek Cross ini dipahat dan dilapisi getah yang berfungsi sebagai pelindung lumut.
- Candi Bahal
Candi Bahal yang terbuat dari bata merah ini merupakan kompleks Candi Buddha yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi ini memiliki 3 Biaro Bahal yang saling berhubungan dan dalam satu garis yang lurus; dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Candi ini berasal dari Kerajaan Pannai (pelabuhan di pesisir Selat Malaka) dengan hiasan papan-papan sekelilingnya terukir tokoh Yaksa berkepala hewan, yang sedang menari-nari. Di sisi timur candi terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm.
- Candi Pawon
Candi Pawon adalah nama sebuah candi Budha yang berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Candi yang dibangun saat Kerajaan Mataram Kuno abad ke 826 M memiliki ciri-ciri terdapat 3 buah gambar di bagian depannya, banyak dihiasi stupa dan emiliki 2 buah jendela kecil di belakang temboknya. Dinding-dinding luar Candi Pawon dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung).
- Kompleks Candi Muaro Jambi
Kompleks Percandian Muara Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Buddha yang terluas di Indonesia dan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian yang berasal dari abad ke-11 M ini terletak di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muara Jambi, Jambi. Sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari dan mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Kompleks percandian ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi).
- Candi Plaosan
Candi Plaosan merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Klaten, Jawa Tengah. Kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno serta memiliki arca Buddha dan candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa. Kompleks ini terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul yang dikelilingi oleh 116 buah stupa pewara dan 50 candi pewara serta terdapat 6 buah arca di dalam kamar candi induk.
Artikel Terkait:
- Candi Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 M dan terdapat 9 buah stupa yang tersusun dalam 3 deretan sejajar. Bentuk bangunan candi dan ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Masing-masing stupa ini digunakan untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) dan digunakan untuk tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
- Candi Sojiwan
Candi Sojiwan adalah sebuah candi Buddha yang terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ciri khas candi ini ialah adanya 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Candi Sojiwan dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dinamai seperti nama Ratu Nini Haji Rakryan Sanjiwana, yang dipercaya dipersembahkan untuknya sebagai candi pedharmaan.
Kompleks candi ini menghadap ke barat dengan luas seluruhnya 8.140 meter persegi dan tinggi 27 meter. Pada kaki candi ini terukir relief fabel kisah satwa Jataka mengelilingi kaki candi dan di sisi timur tangga candi ini diapit arca makara; pada ujung atas tangga terdapat gawang pintu gerbang berukir kala.
- Candi Sanggrahan
Candi Sanggrahan adalah candi umat Budha yang terletak di Desa Sanggrahan, Tulungagung, Jawa Timur. Candi yang merupakan peninggalan sejarah kerajaan majapahit ini berbentuk bujursangkar dan dibangun sekitar tahun 1350. Dulu, candi ini adalah tempat penyimpanan abu kerabat raja Majapahit. Bagian kaki candi setinggi dua meter dan terdapat dinding relief harimau. Di bagian tangga ada reruntuhan batu bekas gapura.
- Candi Jago
Candi Jago dibangun pada tahun 12 M dan terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Jago didirikan pada masa Kerajaan Singhasari dengan ciri-ciri terdapat beberapa relief Kunjarakarna dan Pancatantra serta bagian atas candi hanya tersisa sebagian karena tersambar petir. Candi ini tersusun atas bahan batu andesit dan disusun seperti teras punden berundak dengan panjang 23,71 m, lebar 14 m dan tinggi 9,97 m.
- Kompleks Percandian Batujaya
Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk serta tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (Ujung Karawang) Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik. Percandian ini memiliki luas 5 km2 dan tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun pada musim hujan.
21. Candi Jiwa
Struktur bagian atas candi berbentuk seperti bunga padma (bunga teratai) yang bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkardan tidak adanya tangga di dalamnya. Bangunan Candi Jiwa terbuat dari lempengan-lempengan batu bata. Kata Jiwa berasal dari sifat unur (gundukan tanah yang mengandung candi) yang dianggap mempunyai “jiwa”. Bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti ditemukan di candi ini dan cara analogi tipologi temuan-temuan arkeologi, seperti keramik Cina, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.
22. Candi Bojongmenje
Candi Bojongmenje merupakan komplek purbakala agama Budha dan merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat. Situs ini terletak di dekat kawasan industri, sehingga keberadaannya terancam. Candi Bojongmenje diduga luasnya sekitar enam kali enam meter dan diduga pula candi-candi sejenis yang didirikan oleh masyarakat tersebut sebagai tempat ibadahnya.
23. Candi Bubrah
Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini bernama ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini ditemukan dalam keadaan rusak (bubrah dalam bahasa Jawa).
Candi ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno abad ke-9. Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi.
24. Candi Gampingan
Candi Gampingan adalah sebuah kompleks candi Buddha yang berada di Dusun Gampingan, Bantul, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 zaman Kerajaan Mataram Kuno. Saat ditemukannya candi ini pada tahun 1995 oleh pembuat bata, candi ini masih terpendam tanah. Walaupun sampai sekarang belum sepenuhnya selesai dipugar, kompleks reruntuhan candi terlihat mempunyai tujuh buah bangunan candi yang tidak utuh, dengan bangunan utama berukuran kira-kira 5 m x 5 m dan tinggi 1,2 meter.
Dalam candi ini terdapat tiga buah arca Dhyani Buddha Wairocana yang terbuat dari perunggu, dua buah arca Jambhala dan Candralokeswara dari batu andesit, benda-benda dari emas, dan beberapa benda keramik. Bagian kaki Candi Gampingan terdapat relief binatang katak dan unggas. Candi Gampingan merupakan tempat pemujaan agama Buddha aliran Mahayana karena didalam candi terdapat arca Jambhala dan Dhyani Buddha Wairocana milik aliran Budha Mahayana.
- Situs Ratu Baka
Situs Ratu Baka atau Candi Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut dengan luas keseluruhan kompleks sekitar 25 hektar. Candi Boko berada 3 km di sebelah selatan kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu).
Candi ini bukan candi dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng, parit kering sebagai struktur pertahanan dan sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini. Nama “Ratu Baka” (bahasa Jawa, arti: raja bangau) adalah ayah dari Roro Jonggrang dijadikan sebagai nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan, sehingga kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Roro Jonggrang. Candi ini dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.
26. Candi Tikus
Candi Tikus adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang menjadi temuan arkeologi paling menarik di Trowulan. Pemberian nama ‘Candi Tikus’ ini karena saat ditemukannya tahun 1914, candi ini menjadi sarang tikus, kemudian dipugar pada tahun 1985 dan 1989. Candi ini terbuat dari bata merah berbentuk cekungan wadah bujur sangkar. Di sisi utara candi terdapat sebuah tangga menuju dasar kolam, namun bangunan ini tidak lagi lengkap dan berbentuk teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara. Dinding selatan struktur utama candi diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru.
27. Candi Menak Jingga
Di sudut timur laut Kolam Segaran, terdapat reruntuhan Candi Menak Jingga berupa bebatuan yang terpencar dan fondasi dasar bangunan yang masih terkubur di dalam tanah. Saat ini, pemugaran candi tengah berlangsung. Candi ini terbuat dari batu andesit pada lapisan luarnya, bagian dalamnya bata merah dan bagian atapnya terdapat ukiran Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Hal ini menunjukkan mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara Majapahit dengan Dinasti Ming di China.
- Candi Mahligai
Candi Mahligai merupakan bangunan candi utuh yang terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan dan atap. Candi ini memiliki pondasi persegi panjang berukuran 9,44 m x 10,6 m dan memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi. Di bagian alas candi terdapat ornamen lotus ganda berbentuk lingkarancdan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Pada keempat sudut pondasi, terdapat 4 arca singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit.
- Candi Tua
Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya pada situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Tangga masuk candi terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa dengan lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar dan berukuran 31,65 m x 20,20 m. Bagian atas dari bangunan ini adalah lingkaran tanpa ruang kosong sama sekali di bagian dalamnya. Candi ini terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan.
- Candi Bungsu
Candi Bungsu berbentuk tidak jauh beda dengan Candi Sulung, namun bagian atasnya berbentuk segi empat. Candi ini berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter dan di sebelah timurnya terdapat stupa-stupa kecil serta tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi candi ini memiliki 20 sisi, dengan sebuah bidang di atasnya dan terdapat teratai.
31. Candi Palangka
Candi ini terletak di sisi timur Candi Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 meter x 5,7 meter dan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara serta biasanya digunakan sebagai altar pada masa lampau.
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
[one_fourth]
[/one_fourth]
[one_fourth]
[/one_fourth]
[one_fourth]
[/one_fourth]
[one_fourth_last]
[/one_fourth_last]
[/toggle]
[/accordion]