Site icon Pahami

Gempa Turki: Kenali Trauma Pasca Bencana Alam dan Cara Menanganinya – Gaya

Indonesia. Bersama, Jakarta -Gempa bumi Turki berkekuatan 7,8 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023 malam waktu setempat. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan gempa tersebut merupakan yang terbesar di Turki dalam satu abad terakhir.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi. Mengutip Al Jazeera, korban tewas yang dikonfirmasi mencapai lebih dari 7.000 orang sementara yang terluka mencapai 20.000 orang.

Selain menimbulkan luka fisik, bencana seperti gempa bumi juga mempengaruhi psikologi individu yang terlibat. Gejolak emosi pascabencana dapat menimbulkan efek samping yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Memahami respons terhadap peristiwa traumatis bagi korban dapat membantu mengelola emosi, pikiran, dan perilaku sehingga proses pemulihan dapat dilakukan dengan lebih efektif.

Kutipan Asosiasi Psikologi Amerika, Berikut reaksi umum yang dialami oleh korban bencana alam:

  • Perasaan campur aduk. Korban mungkin merasa cemas, gugup, kewalahan, atau sedih. Beberapa orang mungkin juga menjadi lebih mudah tersinggung atau murung dari biasanya.
  • Perubahan pola pikir dan perilaku. Korban mungkin memiliki ingatan yang berulang-ulang di benak mereka tentang peristiwa tersebut. Kenangan tersebut dapat terjadi tanpa alasan yang jelas dan dapat memicu reaksi fisik seperti detak jantung yang lebih cepat atau berkeringat. Ini mungkin membuat sulit untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan. Pola tidur dan makan juga bisa terganggu. Beberapa orang yang terkena mungkin makan berlebihan dan tidur, sementara yang lain mengalami kurang tidur dan kehilangan nafsu makan.
  • Kepekaan terhadap lingkungan. Sirene, suara keras, bau terbakar, atau sensasi lingkungan lainnya dapat merangsang ingatan akan bencana, yang menyebabkan meningkatnya perasaan khawatir. “Pemicu” ini mungkin disertai dengan ketakutan bahwa peristiwa yang membuat stres itu akan terulang kembali.
  • Hubungan interpersonal menjadi tegang. Meningkatnya konflik internal dapat menyebabkan masyarakat yang terkena dampak bencana menarik diri, mengasingkan atau melepaskan diri dari kegiatan sosial.
  • Gejala fisik yang berhubungan dengan stres. Sakit kepala, mual, dan nyeri dada dapat terjadi dan memerlukan perhatian medis. Kondisi medis ini dapat dipengaruhi oleh stres yang terkait dengan bencana.

Mengelola Gejolak Emosi

Kutipan Asosiasi Psikiatri Amerika, Ini adalah langkah-langkah positif yang dapat diambil untuk mengelola gejolak emosi yang dialami setelah bencana.

  • Makan, minum, olahraga, dan istirahat teratur. Merawat tubuh mengurangi efek negatif dari stres.
  • Hindari konsumsi alkohol, tembakau dan obat-obatan yang tidak baik bagi tubuh. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya seringkali memperumit keadaan dalam jangka panjang dan bisa menimbulkan masalah lain.
  • Temukan cara sehat untuk bersantai seperti meditasi, mindfulness, Berbicara sendirianatau dengarkan musik favorit Anda.
  • Terlibat dalam aktivitas yang Anda sukai seperti olahraga, hobi, dan aktivitas sosial.
  • Ikuti terus informasi dan perkembangan baru sesuai kebutuhan.
  • Batasi diri Anda untuk tidak terpapar apa pun tentang bencana yang dapat memicu trauma di media seperti televisi dan media sosial.
  • Tetap berhubungan dengan keluarga dan teman untuk memberi dan menerima dukungan.
  • Pelajari tentang perawatan kesehatan lokal dan sumber daya lain yang tersedia, gunakan dan bagikan ini untuk membantu diri sendiri dan orang lain.
  • Ingatkan diri Anda dan orang lain bahwa perasaan campur aduk itu normal dan mencoba menerimanya adalah bagian alami dari proses pemulihan.
  • Dapatkan bantuan dari ahli perawatan kesehatan jika stres tetap tinggi setelah beberapa minggu, memiliki masalah terus-menerus di tempat kerja atau di rumah, atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

BAHKAN MUARABAGJA
Pilihan Editor:

Selalu update informasi terbaru. Tonton berita terhangat dan berita pilihan di saluran Telegram “tempo.co Memperbarui”. klik bergabung.

Exit mobile version