Paus Fransiskus mengecam ekstremis di seluruh dunia atas apa yang dia sebut sebagai agama yang “menyesatkan” sebagai dalih untuk melakukan kekerasan.
Hal itu disampaikan Paus saat memimpin misa terbuka di ibu kota Albania, Tirana, pada Minggu, 21 September, yang dihadiri puluhan ribu peziarah.
Dia juga memuji koeksistensi damai negara itu, dengan mayoritas Muslim hidup berdampingan dengan umat Katolik dan Kristen Ortodoks.
Keamanan diperketat selama kunjungan Paus Fransiskus ke Albania karena desas-desus tentang ancaman jihadis terhadapnya.
Dalam pertemuan dengan pejabat tinggi Albania, Paus mengatakan saling menghormati antara Islam dan Kristen adalah “anugerah yang tak ternilai”.
“Hal ini terutama terjadi saat ini ketika semangat keagamaan yang murni disesatkan oleh kelompok-kelompok ekstremis dan pada saat perbedaan agama sedang diselewengkan.”
“Janganlah seorang pun menganggap dirinya sebagai senjata Tuhan ketika merencanakan dan melakukan tindakan kekerasan dan penindasan,” tambah Paus.
Pernyataan tersebut tampaknya ditujukan kepada militan yang menamakan dirinya Daulah Islamiyah atau ISIS, yang menguasai beberapa wilayah di Suriah dan Irak serta menghukum orang-orang yang berbeda agama.
“Tidak ada yang bisa menggunakan nama Tuhan untuk melakukan kekerasan.”
Albania adalah negara pertama di Eropa, selain Italia, yang menjadi tujuan kunjungan Paus setelah menjadi pemimpin dunia Katolik pada 2013 lalu.