Jakarta, Pahami.id —
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memecat petinggi militer yang memimpin pasukan di wilayah timur negara itu, Letnan Jenderal Yuriy Sodol, pada Senin (24/6).
Letnan Jenderal Yuriy Sodol dipecat karena dicurigai tidak kompeten dan menyalahgunakan kekuasaan selama invasi Rusia.
Pemecatan Zelensky terjadi ketika Ukraina berjuang menahan pasukan Rusia di wilayah timur selama berbulan-bulan, hampir dua setengah tahun setelah perang.
“Saya memutuskan untuk mengganti Panglima Angkatan Bersenjata Gabungan Ukraina, Letnan Jenderal Yuriy Sodol, dengan Brigadir Jenderal Andriy Gnatov,” kata Zelensky dalam pidato hariannya di malam hari.
Dia tidak memberikan rincian alasan pemecatan tersebut namun keputusan tersebut diambil setelah mendapat kritik dari komandan brigade Azov, yang dikenal karena hubungannya dengan sayap kanan.
Komandan Azov Bogdan Krotevych sehari sebelumnya mengajukan pengaduan ke Dinas Keamanan Negara (Layanan Keamanan Ukraina/SBU) dan menyerukan penyelidikan terhadap Sodol.
Menurut laporan media lokal, Krotevych menuduh Sodol tidak kompeten dan menyalahkannya atas kematian tentara Ukraina di garis depan.
Ukraina – yang kalah persenjataan dan kalah dari Rusia – telah mengalami kemunduran selama berbulan-bulan, dengan pasukan Moskow mengklaim desa-desa baru di wilayah timur hampir setiap minggu, namun tanpa membuat terobosan besar.
Sebelumnya, Zelensky menegaskan dirinya terbuka untuk melakukan negosiasi segera jika Moskow menarik pasukannya dari wilayah Ukraina.
Hal tersebut disampaikan Zelensky pada konferensi perdamaian yang digelar di Swiss, Minggu (16/6). Rusia sendiri tidak menghadiri konferensi tersebut.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya meminta Ukraina menarik pasukannya dari wilayah selatan dan timur negara itu jika invasi ingin diakhiri.
Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Militer Rusia masih menguasai kurang dari seperlima wilayah Ukraina yang diakui secara internasional, termasuk semenanjung Krimea yang dicaploknya pada tahun 2014.
(AFP/Kris)