Jakarta, Pahami.id —
Beberapa warga Korea Utara Konon dia bosan mendengar lagu-lagu yang memuji pemimpin tertinggi Kim Jong Unyang telah diputar hampir setiap hari selama beberapa bulan terakhir.
Seorang warga Korea Utara dari Provinsi Ryanggang menceritakan Radio Gratis Asia (RFA) bahwa warga di wilayah tersebut mulai bosan mendengarkan lagu propaganda Kim Jong Un yang berjudul “Ayah yang Ramah” dan memilih menghindari tempat-tempat yang memutar lagu tersebut.
Lagu “Friendly Father” terinspirasi dari propaganda mendiang ayah Kim, Kim Jong Il, dengan judul “Friendly Name”. Melodi kedua lagu tersebut berbeda namun liriknya memiliki banyak kesamaan.
Menurut warga Ryanggang itu, lagu Ayah yang Ramah sudah diputar berbulan-bulan di Korea Utara sejak pertama kali diperkenalkan pada April lalu.
Orang-orang harus menyanyikan lagu tersebut setiap kali mereka memulai acara publik. Lagu ini juga dimainkan oleh mobil keliling yang dilengkapi speaker.
“Anak-anak dan orang dewasa di setiap pabrik, perusahaan, sekolah, unit kerja, dan unit pengawasan lingkungan hidup di wilayah ini hendaknya menyanyikan lagu ini setiap ada kesempatan,” kata warga tersebut.
Di Kota Hyesan yang terletak di perbatasan dengan China, warga juga mulai menunjukkan rasa bosan.
Biasanya di taman kota, para lansia berkumpul untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengobrol, bernyanyi, menari, bermain atau berolahraga. Namun, mereka kemudian memilih untuk pergi ketika pihak taman mematikan lagu yang mereka mainkan dan menggantinya dengan Ayah Ramah.
“Orang tua itu berhenti menari dan berangsur-angsur pulang. Lagu itu dikumandangkan seiring satu per satu pengunjung meninggalkan taman,” kata warga tersebut.
Menurut warga, sebelum masifnya lagu Bapa Mesra dikumandangkan, taman kota memang ramai pengunjung. Namun, kini hampir setiap hari taman tersebut terlihat sepi.
Tidak ingin menghormati Kim Jong Un
Masalah lain dari lagu Friendly Father Kim Jong Un adalah berkaitan dengan budaya Konfusianisme Korea.
Di Korea, anak muda wajib menghormati orang yang lebih tua. Generasi muda dijanjikan kehormatan yang sama jika mereka mencapai usia yang sama dengan orang tuanya.
Terlepas dari budaya tersebut, lagu Bapa Mesra seolah mengganggu segalanya.
Pasalnya, para lansia harus menyebut Kim Jong yang baru berusia 40-an sebagai “ayah yang ramah”.
Menurut seorang warga Provinsi Hamgyong Utara, propaganda Kim Jong Un lebih buruk dibandingkan propaganda ayah dan kakeknya.
Dulu, orang tua tidak perlu menyanyikan lagu-lagu propaganda Kim Jong Il atau Kim Il Sung, apalagi memutarnya di setiap awal sesi pembelajaran.
“Dulu, lagu-lagu mereka kadang diputar di mobil keliling. Tapi mereka tidak memaksa orang untuk bernyanyi di setiap awal waktu belajar atau kuliah. Mereka juga tidak memaksa orang yang lebih tua untuk menyanyikannya, seperti yang biasa mereka lakukan. . [Kim Jong Un] saat ini,” katanya.
Warga Korea Utara sendiri, katanya, mencemooh gagasan bahwa Kim Jong Un adalah “ayah yang ramah”. Sebab, masyarakat tidak percaya dengan kemampuan kepemimpinan Kim Jong Un.
“Mereka tidak menaruh harapan pada pemimpin mereka, tapi mereka harus membiasakan mata, telinga dan mulut mereka dengan gambarannya. [Kim Jong Un] sebagai bapak yang ramah lewat lagunya,” ucapnya.
(blq/rds)