Site icon Pahami

Berita Warga Gaza Terjebak di Neraka


Jakarta, Pahami.id

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi kian mengecam Israel dengan menyebut rakyat Palestina di Jalur Gaza kini hidup di neraka dunia karena invasi Zionis.

“Menghadapi genosida, warga sipil di Gaza terjebak di neraka,” kata Retno dalam pidatonya pada Pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di Brazil, Rabu (21/2).


Hal itu diungkapkan Retno saat mengangkat isu Palestina pada pertemuan G20 yang membahas peran G20 dalam ketegangan global terkini. Upacara tersebut dihadiri oleh para menteri luar negeri G20.

Retno mengatakan, pada hari ke-138 invasi Israel, tentara Zionis telah membunuh lebih dari 29 ribu warga Gaza.

Ia mengutip pernyataan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) yang menyebut situasi saat ini di Gaza sebagai krisis kemanusiaan terburuk dalam 50 tahun terakhir.

“Ini adalah kekejaman yang melampaui segala pembenaran yang masuk akal,” kata Retno.

Dalam kesempatan itu, Retno juga mengajak negara-negara G20 untuk mengambil tindakan nyata guna mengakhiri krisis tersebut. Ia menegaskan, G20 tidak bisa hanya berdiam diri dan menyaksikan kengerian yang sedang berlangsung ini.

“Bersama-sama kita harus mengambil tiga langkah konkrit,” ujarnya.

Retno menjelaskan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuntut gencatan senjata yang permanen dan segera.

Retno menilai langkah ini sebagai ‘game changer’ untuk menghentikan pertumpahan darah, meringankan penderitaan kemanusiaan, dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memajukan negosiasi solusi dua negara.

Menurutnya, solusi dua negara merupakan satu-satunya solusi untuk menghentikan konflik dan menghentikan Israel melakukan pelanggaran hukum internasional.

Kedua, lanjutnya, menghindari standar ganda.

Retno mengatakan, dunia tidak boleh memperlakukan isu Palestina secara berbeda dengan isu lainnya. Negara-negara global tidak bisa berpaling sementara Israel terus menghancurkan rumah-rumah, rumah sakit, sekolah dan kamp pengungsi.

Ia menegaskan, Palestina saat ini sangat membutuhkan bantuan dan persatuan seluruh dunia.

Ketiga, meminimalkan ketegangan global dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

Menurutnya, konflik Palestina juga menimbulkan permasalahan lain.

Retno menyoroti ancaman keamanan global baru terkait kemajuan teknologi seperti senjata siber, drone, dan kecerdasan buatan yang dihadapi dunia.

“Jika kita gagal mengatasi masalah ini bersama-sama, kita akan membuka pintu lebar-lebar terhadap terjadinya lebih banyak kekerasan,” katanya.

Retno melanjutkan, “Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah satu dan mampu menjadi katalisator perubahan positif dalam menghadapi krisis apa pun.”

(blq/baca)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version